-->

SUSANTO, KADES KARANGSAMBIGALIH SUGIO: Dengan Sandal Jepit Entaskan Pengangguran Anak Muda



LENSADESA. Membangkitkan ekonomi pedesaan terkadang bisa dari hal yang sederhana. Yang mungkin orang lain menganggapnya remeh. Susanto, Kepala Desa Karangsambigalih, Sugio, Lamongan telah membuktikan. Pengangguran di kalangan anak muda dientaskannya lewat pengembangan industri sandal jepit. Bagaimana ceritanya?


Susanto melihat bahwa pengangguran di kalangan anak muda adalah problem umum yang terjadi banyak desa. Mereka yang bisa melanjutkan studi ke perguruan tinggi kebanyakan tidak mau pulang kampung dan berkarya di desanya. Sementara yang tidak bisa kuliah kebanyakan menganggur karena tidak mau lagi terjun ke sawah dengan alasan gengsi, tidak tertarik, dan macam-macam alasan lainnya.




"Itulah sebabnya saya berpikir bagaimana caranya agar anak-anak muda ini bisa produktif tanpa harus pergi ke kota tapi punya pekerjaan yang tak kalah prestisnya. Tidak berpeluh keringat dan cipratan lumpur tanah. Mereka bisa bangga tapi juga merasakan hasilnya. Dan akhirnya ketemulah industri kerajinan sandal jepit ini, yang ternyata disambut antusias oleh anak-anak," tandas Susanto.


Memang tidak serta merta menemukan jalan keluar itu. Susanto mencari informasi ke mana-mana tentang peluang usaha yang pas untuk dikembangkan di desa. Banyak kepala desa yang diajak berdiskusi. Dari situlah akhirnya ide membuat sandal jepit ini ketemu.




"Saya menemukan ahli pembuatan sandal dari Babat. Saya minta untuk memberi pelatihan serius sampai anak-anak berproduksi mandiri. Selanjutnya saya minta ditunjukkan di mana saya bisa ambil bahan baku. Pendekatannya tidak mudah memang. Tapi Alhamdulillah, karena niat kami baik akhirnya dipermudah. Bahkan kita diantar ke Sidoarjo untuk mengambil bahan bakunya. Setelah lengkap barulah kita berani berproduksi," jelas Susanto berapi-api.


Untuk mendorong agar anak-anak muda ini semangat ia langsung menganggarkan modal Rp 27 juta dari BUMDes agar mereka segera berproduksi. "Sebagian untuk peralatan mesinnya, sebagian untuk bahan baku. Saya percayakan manajemennya kepada mas Khabib Thohari untuk menggerakkan teman-temannya. Meskipun belum tahu nanti mau dijual ke mana nantinya yang penting memproduksi barangnya dulu. Terserah kreativitasnya seperti apa. Kita dorong saja agar mereka bisa memaksimalkan segala potensinya," jelasnya.




Tahap pertama berhasil. Anak-anak muda bisa diarahkan untuk semangat berproduksi. Barang sudah menumpuk. Tinggal memikirkan bagaimana cara untuk memasarkannya.


"Lah kok ndilalah, ada pembukaan pameran dan bursa hasil kerajinan dari kecamatan Sugio. Kita langsung mendaftar ikut pameran itu. Anak-anak dikerahkan untuk gantian berjaga dan berjualan. Ternyata sambutan pengunjung sangat positif. Produk kita disukai. Bahkan dari pameran itu kita bisa mendapatkan beberapa agen yang siap memasarkan keluar daerah. Dari sekali pameran itu kita untung sampai sebelas jutaan. Ini membuat anak-anak semakin bersemangat," ungkap Susanto.


Dari rangkaian perjalanan peristiwa itu, Susanto kemudian menarik hikmahnya. "Pertama, program desa memang seharusnya melibatkan anak muda. Mereka harus diberi kepercayaan agar mau mengekplorasi segala potensinya. Bahkan anak muda yang harus bergerak terdepan karena mereka masih besar energinya, penuh semangat,  dan melek internet untuk mencari berbagai informasi yang dibutuhan. Saya sebagai kepala desa hanya mendorong, memfasilitasi, dan memperluas network saja. Bahkan saya berani berkata anak muda adalah harapan dan masa depan bagi kemajuan desa," tandasnya.


Yang kedua, tambah Susanto, harus ada keberanian untuk bergerak dulu, meskipun di depannya masih remang-remang, meraba-raba. "Dulu kita belum tahu kira-kira akan dipasarkan ke mana produk ini. Tapi benarlah janji Allah yang sering kita dengar dari ceramah para ustad di masjid. Bahwa Tuhan akan mengubah nasib seseorang kalau orang itu mau berubah lebih dulu. Buktinya, begitu produksi sudah banyak dan kita masih bingung mau memasarkan ke mana tiba-tiba ada informasi pameran usaha. Dari situlah pasar sandal jepit ini terbuka dan semakin jelas pasarnya. Banyak yang ingin menjadi agen untuk memasarkan keluar daerah. Begitu kita bergerak maka jalan berikutnya seolah dibuka lebih mudah. Awalnya saja yang sulit tapi selanjutnya ternyata lebih mudah jalannya," terangnya.



Sandal Jepit buatan anak-anak desa Karangsambigalih ini diberi merek "Langgeng". "Saya berharap ini akan menjadi usaha yang terus berkembang dan semakin besar pasarnya. Bisa mengentaskan pengangguran di desa ini dan nantinya bisa menjadi ikon desa ini. Menjadi sentra industri aneka jenis sandal di kabupaten Lamongan. Itu mimpi besar. Tapi kita sudah sukses memulainya. Tumpuan saya ya karang taruna ini. Saya berikan kepercayaan penuh ke pundak mereka untuk mewujudkannya," ujarnya penuh optimis.


Itulah sebabnya Susanto mendorong Khabib dan kawan-kawannya untuk terus berinovasi. "Maksudnya bukan  hanya sandal jepit dan sandal rumahan yang diproduksi. Nantinya juga harus bisa membuat sandal hotel, sandal santai, sandal gunung, sandal anak, sandal remaja yang warna-warni, dan sebagainya. Ada beberapa masukan dari konsumen agar membuat sandal dengan desain yang sesuai trend yang lagi digandrungi anak-anak muda. Kita sedang membuatkan model-model seperti itu. Semua masukan adalah tantangan yang harus kita jawab. Karena harus sanggup melayaninya. Karena konsumen adalah raja yang nanti menentukan masa depan dan kemajuan usaha ini," tambahnya.


Di akhir perbincangan Susanto juga mengucapkan terimakasihnya kepada LensaDesa yang mau jauh-jauh menyambangi desanya. "Saya juga meyakini peran media sangatlah penting. Media  akan menjadi sarana  efektif untuk menyebarluaskan informasi usaha ini. Saya berharap lewat media sandal jepit Langgeng nantinya akan dikenal luas. Tidak cuma di sini tapi kalau bisa nanti menasional. Supaya lebih banyak lagi yang mau menjadi mitra kita, menjadi agen-agen untuk memasarkannya di kota-kota lain di seluruh Indonesia. Semoga impian ini akan terwujud. Saya ingin nanti kalau sudah tidak menjabat lagi saya punya tinggalan yang bermanfaat buat warga desa saya. Minimal sudah tidak ada pengangguran lagi karena berkat sandal jepit semua anak muda bisa berkarya dan berkreativitas nyata. Saya meyakini, kerjasama dengan berbagai pihak  adalah kunci percepatan untuk meraih kesuksesan," ujar Susanto penuh harap.* (YUNUS HANIS SYAM)

LihatTutupKomentar