-->

BUDIDAYA IKAN GABUS: Makin Marak Karena Permintaan Albumin Makin Banyak

 




LENSADESA. Ikan Gabus atau lebih dikenal dengan sebutan Iwak Kuthuk belakangan namanya kian meroket. Banyak diburu orang. Bukan hanya peminat kuliner, tapi juga pengusaha produk herbal. Tak heran, permintaan terhadap ikan gabus kian menanjak.


Sudah tentu ini berefek pada seringnya terjadi kelangkaan stok ikan gabus. Selama ini ikan gabus lebih banyak didapat dari alam. Dari sungai, waduk, rawa-rawa, ditangkap secara tradisional. Jadi, tidak heran kalau menjadi rebutan dan kadang harganya melambung tak bisa dibendung.


Situasi itulah yang menyebabkan banyak petani ikan yang melihat hal itu sebagai peluang. Tidak ingin melihat ketergantungan ikan gabus pada alam, mereka  mencoba membudidayakannya. Dan tidak sedikit yang akhirnya berhasil.


Salah satu yang menekuni budidaya ikan gabus itu adalah Irul Rohadi. Pemuda yang tinggal di Kampung Dukuh, Desa Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta ini sudah hampir lima tahun menekuni budidaya ikan bernama latin channa striata ini.




"Dulu pas awal-awalnya, saya tangani semuanya. Mulai pembenihan sampai pembesaran. Tapi sekarang konsentrasi ke pembibitan karena permintaan dari para petani pembesar makin banyak. Jadi, harus fokus ke satu bidang saja, biar konsentrasi tidak terpecah, dan tingkat kesuksesan lebih tinggi," ujar Irul.


Irul mempunyai sekitar 20 kolam pemijahan dan pembenihan di belakang rumahnya. Ia biasanya melepas bibit ketika sudah berukuran 3-5. Harganya di kisaran Rp700,- per ekor hingga seribuan kalau sedang langka.


"Bagian paling sulit memang di pembibitan ini. Harus jeli dalam menjodohkan induk. Tahu waktu pasnya kapan. Dan kalau sudah bertelur harus ekstra hati-hati dalam perawatannya. Khususnya tiga minggu pertama. Karena ini kan berhubungan dengan nyawa. Kalau salah penanganan, bisa mati semua," tandasnya.




Menurut Irul, setelah malam hari sepasang induk dijodohkan maka pagi harinya telur sudah menempel pada ijuk yang sudah disiapkan di dasar kolam. Sepasang induk bisa menghasilkan 4.000 sampai 5.000 butir. Kalau induknya sangat bagus bisa sampai 10.000 butir. Nanti yang kosong dari benih sekitar sepuluh persennya dan ini harus cepat dibuang karena akan membusuk dan menjadi amoniak yang berbahaya kalau dibiarkan. Bisa menyebabkan kematian masal," jelasnya.


Induk yang baik dan berkualitas, tambahnya, harus sudah berumur di atas 1,5 tahun dan minimal  0,5 kg bobotnya. Agar telor yang dihasilkan berkualitas. Selama tiga hari benih gabus tidak perlu diberi makan karena akan memakan protein dari selubung pembungkusnya sendiri. Mulai hari kelima hingga umur tiga minggu baru diberi pakan alami berupa kutu air (daphnia). Inilah masa kritis.


 "Jika kutu air langka, boleh sesekali diberi pakan cacing sutera. Pada minggu keempat baru dipindah ke kolam pendederan dan mulai dikenalkan dengan pakan konsentrat yang  lembut, yang sudah ditetesi dengan cairan probiotik agar pertumbuhannya bisa cepat dan maksimal," ujarnya.





Budidaya ikan gabus bisa diaplikasikan di semua jenis kolam, baik kolam tanah, kolam terpal, maupun kolam semen. Masing-masing punya kelebihan maupun kelemahan. Baik dari segi modal maupun ketahanan umur kolam.


"Yang penting satu hal, bagian atas kolam harus ditutup dengan kasa atau strimin. Karena ikan gabus ini karakternya suka meloncat atau terbang. Kalau bagian atas kolam tidak ditutup  bisa hilang semua ikannya. Kalau soal kepadatan, per meter kubik berani diisi 2.000 - 3.000 ekor bibit. Nanti setiap dua bulan bisa dijarangkan. Teknik pemeliharaannya hampir sama dengan lele. Bedanya ikan gabus lebih rakus. Jadi, memberi pakannya harus teratur. Kalau tidak mereka bisa saling memakan, kanibal. Saya sarankan campuri pakan dengan probiotik RajaLele, akan cepat bongsor dan merata besarnya," jelasnya.




Selain Irul Rohadi, pemain budidaya ikan gabus yang punya skala besar lainnya adalah Mbah Kirdjo. Tinggal di Dusun Kiyudan, Desa Jetis, Minggir, Sleman, Yogyakarta, mbah Kirdjo sudah fokus membudidayakan ikan gabus ini lebih dari 10 tahun. Mulai pembibitan, pembesaran, produksi induk, ditekuninya semua. Di lahan yang sangat luas, di desanya yang asri, yang berada di pinggir barat kabupaten Sleman. Sama dengan Irul, bibit ikan gabus Mbah Kirdjo juga menjadi andalan pembudidaya ikan gabus dari berbagai kota. Mulai dari Bantul, Kulonprogo, Magelang, Wonosobo, Solo, Klaten, dan sebagainya.


Jumlah pembudidaya ikan gabus sekarang ini memang makin meningkat peminatnya. Hal itu karena yang membutuhkan ikan ini juga semakin banyak.


"Sekarang ikan gabus tidak cuma dibutuhkan dan dicari oleh pedagang ikan dan warung-warung dengan menu iwak kali. Yang paling banyak justru dari pengusaha herbal yang memproduksi kapsul albumin. Permintaannya tak terbatas kalau yang untuk kapsul herbal ini. Kita sering kewalahan memenuhinya," ucap mbah Kirdjo.


Kapsul albumin yang bahan baku utamanya dari ekstrak ikan gabus ini memang sedang hits sekarang ini. Banyak orang membutuhkan kasiatnya.

Banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa ikan gabus sangat tinggi proteinnya dan tergolong rendah kadar lemaknya. Karenanya, sangat bagus dikonsumsi dengan tujuan regenerasi sel. Tak heran sekarang banyak sekali dijual obat herbal berbentuk kapsul yang kandungan utamanya adalah albumin. Lebih praktis untuk dikonsumsi dibandingkan dengan memasak ikan gabus sendiri.


"Makanya orang yang habis melahirkan atau sehabis operasi di rumah sakit sangat bagus mengonsumsi ikan gabus. Bekas operasi akan cepat kering, jaringan sel yang rusak akan cepat pulih. Juga bagus untuk balita karena akan mendukung pertumbuhan otaknya. Dalam banyak kasus, orang yang terkena stroke juga cepat pemulihannya jika sering makan ikan gabus ," jelas drh. Rizqan Mubdi, yang alumni Fakultas Kedokteran Hewan UGM yang penyuka kuliner.


Hanya saja, menurutnya, ikan gabus akan banyak kehilangan kandungan protein dan albuminnya kalau dibakar. "Cara memasaknya yang paling aman adalah dengan disayur atau dibuat soup. Daging ikan gabus yang dipanaskan di atas suhu 100 derajat akan banyak kehilangan kandungan utamanya. Kalau mau maksimal mendapatkannya ya jangan digoreng dan dibakar. Dijadikan sayur saja. Itu paling bagus," tandasnya.






Salah satu kota yang setiap hari butih ribuan ekor pasokan ikan gabus tentu saja Lamongan. Kota yang terkenal dengan makanan khasnya, nasi boranan. Nasi boranan adalah nasi pulen dengan sambal bali dengan lauk utamanya ikan gabus. Jika pasokan ikan gabus lagi langka, penjual sego boranan sering menggantinya dengan ikan bandeng yang jumlahnya memang melimpah di kota ini. Lamongan memang sudah lama dikenal sebagai kabupaten penghasil ikan bandeng dan termasuk dalam tiga besar di Pulau Jawa.


Nasi Boranan, atau masyarakat menyebutnya Sego Boranan,  memang sangat gampang dijumpai di kota Joko Tingkir ini. Penjual nasi boranan beroperasi 24 jam secara bergantian. Yang paling banyak berada di sepanjang trotoar depan LA Plaza dekat stasiun kereta api. Juga di sepanjang Jalan Rangge dan di sekililing alun-alun kota dekat kantor DPRD. Jam berapa pun perut kelaparan, akan sangat mudah menemukan nasi boranan dengan lauk utama ikan gabus yang empuk dan gurih itu.


Jadi, kalau ada pembaca sedang melintas kota Lamongan, jangan lupa singgah sebentar di kota ini. Paling gampang langsung saja menuju arah alun-alun kota. Sudah berjajar penjual nasi boranan di sepanjang trotoarnya. Rasakan langsung dobel manfaatnya. Dapat lezatnya, dapat sehatnya.* (AMONG KURNIA EBO)

LihatTutupKomentar