-->

AGOES SAM, BABAT: Ayam Mutiara, Cantik Dan Mudah Dipelihara


 

LENSADESA. Tak banyak yang tertarik mengembangkan ayam mutiara. Dari yang sedikit itu ada Agoes Sam yang sukses membudidayakanya di rumahnya Perumahan Gajah Indah, Babat, Lamongan. Uniknya, seringkali telor masih dierami tapi semua sudah diindeen oleh pemesannya. Mengapa bisa demikian?


Menurut Agoes, akhir-akhir ini ayam mutiara memang banyak disukai dan diburu orang. Setidaknya, ada dua alasannya. Pertama, karena ayam mutiara dikategorikan sebagai ayam hias maka banyak orang yang ingin memelihara untuk menambah indah taman halaman depan rumahnya, sekaligus sebagai klangenan. Anak kecil pasti suka melihatnya.




Kedua, seperti ayam jenis lainnya, ayam mutiara mudah pemeliharaannya. Kategorinya hewan omnivora alias pemakan segala. Apa saja bisa dilahapnya. Mulai voer, biji-bijian, bekatul, sayur-sayuran, bahkan makanan sisa dapur. Selain memberi pakannya  gampang, ayam mutiara juga lebih tahan penyakit.


"Dulu awalnya hanya hobi saja. Terus saya coba ternakkan. Ternyata berhasil. Lalu banyak teman dan tetangga yang minta. Akhirnya saya tekuni secara serius sampai sekarang. Apalagi harganya cukup menjanjikan dan permintaan semakin banyak," ujar Agoes kepada LensaDesa.




Bagi Agoes, musim penghujan adalah musim yang paling ditunggu. Mengapa? Karena pada musim penghujan inilah saat musim kawin ayam mutiara. 


"Satu betina bisa menghasilkan antara 15-30 telor. Bahkan bisa lebih kalau betinanya berkualitas. Sayangnya indukan ayam mutiara ini bukan pengeram telor yang baik sehingga biasanya saya pindahkan telornya ke ayam kampung. Dalam 28 hari telor akan menetas. Lalu kita rawat dengan memberi bubur konsentrat sampai nanti bisa makan sendiri. Tingkat hidup anakan ayam mutiara tidak pernah 100% tapi selalu di atas 50%, tergantung ketelatenan kita merawatnya. Di situlah tantangannya," jelasnya.


Telur Ayam Mutiara


Ayam hias asal Afrika ini aslinya hidup di padang pasir atau padang sabana yang banyak ditumbuhi padang ilalang atau semak belukar. Oleh sebab itu ayam mutiara sangat suka kalau di kandangnya diberi pasir, tumpukan jerami, dan juga cabang-cabang pohon untuk tempatnya bertengger. Pada umur 7 bulan ayam mutiara sudah mulai kawin dan berproduksi.


Menurut Agoes, ayam mutiara sebetulnya bisa dinikmati dagingnya maupun telornya. Rasa dagingnya seperti burung puyuh. Kalau telornya punya protein tinggi dan banyak kandungan vitamin B. "Tapi orang kita lebih banyak menjadikannya sebagai ayam hias. Karena harganya relatif mahal, sayang kalau hanya dimakan," ujarnya.


Agoes Sam menjual ayam mutiara hasil ternaknya di kisaran harga Rp 100 ribu sampai Rp 300 ribu. Tergantung umurnya. Untuk indukan tentu harganya lebih mahal lagi.


Ukuran kandang ayam mutiara tidak ada patokannya. Intinya lebih luas lebih bagus. Juga lebih tinggi lebih baik. Karena kalau sudah agak dewasa, ayam mutiara lebih suka terbang dan bertengger di pokok dahan.




Menurut Agoes, membedakan ayam mutiara jantan dan betina juga mudah. Paling tidak bisa dilihat dari dua ciri. "Yang jantan pialnya merah merona, kalau betina merah pucat. Mutiara jantan hidungnya lebih bengkak, kalau betina biasa saja. Kalau sudah dewasa yang jantan ada tanduk hitamnya," jelasnya.


Agoes juga terbuka untuk berbagi ilmu beternak ayam mutiara ini buat siapa saja yang berminat. Kalau pas di Babat silakan kontak saya di 0853 3492 4447. Silakan mampir dan bertanya. Akan saya jelaskan sesuai pengalaman saya selama beternak ayam ini. Selain beternak ayam, saya juga punya kebun tanaman hias. Ada bonsai hingga aglonema, anggrek, hingga sensiviera. Monggo, kita bisa bertukar pengalaman tentang flora dan fauna sebagai sesama penghobi," tandasnya di akhir perbincangan.* (A.K. EBO)

LihatTutupKomentar