-->

HERY NURANTO, KEMBANGBAHU: Korban PHK, Jadi Jutawan dari Sabut Kelapa




LENSADESA. Siapa sangka PHK justru bisa menjadi berkah? Itulah yang terjadi pada Hery Nuranto, pemuda asal Sukosongo, Kembangbahu, Lamongan. Setelah kena PHK  punya ide mengolah sabut kelapa diubah jadi produk kerajinan. Dan hasilnya bisa melebihi gajinya sewaktu masih jadi karyawan. 


Kehilangan pekerjaan karena ada program PHK massal tentu hal yang menyedihkan. Tapi, sebagai karyawan apa lagi yang bisa diperbuat selain harus menerima kenyataan. Tentu tidak boleh larut dalam kesedihan yang panjang.


"Kehilangan pekerjaan itu menyakitkan. Apalagi kejadiannya mendadak. Wabah corona memang membuat PHK terjadi di mana-mana. Di awal-awal saya pun sempat bingung harus bagaimana ke depannya. Belum bisa mikir apa-apa. Rasanya gelap semua," ucap Hery mengenang.


Karena sudah tidak ada pekerjaan di Surabaya, akhirnya Hery pulang kampung ke Sukosongo. Untuk menghibur hatinya setiap hari dia nonton berbagai tontonan di Youtube. Berbagai informasi dia cari. Termasuk soal peluang bisnis, pekerjaan, peternakan, kerajinan, dan pertanian.



Tapi dari situlah awal perjalanan baru hidupnya dimulai. Di salah satu tontonan Youtube ia melihat ada proses pembuatan berbagai kerajinan dari sabut kelapa. Yang cara pembuatannya relatif mudah dan gampang ditiru.


"Dari situ saya tiba-tiba punya ide untuk membuat produk kerajinan  berbahan sabut kelapa. Di Lamongan ini kan banyak sabut kelapa yang dibuang-buang begitu saja. Pikir saya, kenapa itu tidak dimanfaatkan saja untuk membuat kerajinan yang nanti bisa dijual," terangnya.


Hery akhirnya mengumpulkan tiga temannya untuk mendiskusikan ide itu. Gayung bersambut. Mereka pun setuju. Hari, Hadi, dan Puji yang diajaknya berdiskusi ternyata tertarik. Mereka sepakat untuk memulai usaha bersama dengan meniru apa yang ditonton di Youtube. Lahirlah nama usaha Karya Mandiri.


Problem berikutnya setelah ide didapat adalah modal. Bukan modal untuk membeli bahan baku. Karena kalau soal sabut kelapa, di banyak tempat bahan itu bisa diambil gratis saja. Masalahnya adalah untuk memisahkan sabut kelapa dan cangkangnya harus menggunakan mesin. Dan mesin itu harus dibeli di Surabaya.



Setelah googling dari berbagai sumber, akhirnya mereka mendapatkan mesin dengan harga relatif murah. "Ya, akhirnya kita patungan bersama. Harganya waktu itu sekitar lima juta. Kita yakin aja kalau sudah punya alat itu soal produksi akan lebih mudah dan lancar. Akhirnya terbeli juga mesin itu dan kita mulai bisa bekerja. Sampai saat ini masih belum ada kendala yang berat," jelasnya.


Sabut kelapa yang berlimpah dan selama ini hanya menjadi sampah di sekeliling mereka kemudian disulap dengan mesin tersebut menjadi aneka bentuk kerajinan.


"Yang paling banyak permintaannya sekarang ini pot gantung dan pot dinding dari para pedagang tanaman hias. Tapi ada juga yang pesan dibuatkan tempat tisu, tempat pensil, bingkai poto, dan lainnya. Tapi masih dalam jumlah terbatas. Pokoknya kita mengalir saja sambil terus mencoba berkreasi dengan menonton banyak video di Youtube," ujarnya.


Lantas, apa yang bisa didapatkan Hery dari peristiwa PHK yang menimpa dirinya? Ini yang ternyata menarik dan bisa menjadi inspirasi bagi semua anak muda di mana pun berada.


"Pertama, saya harus mengucapkan terimakasih pada perusahaan yang telah memberi surat PKH pada saya. PHK ternyata bukan akhir segalanya. Justru ini berkah. Saya bisa pulang kampung dan ketemu teman-teman lama dan bisa membuat usaha baru secara mandiri. Dan sekarang sudah kelihatan prospeknya," tandasnya.



"Kedua, saya harus berterimakasih pada Youtube. Karena dari sanalah saya mendapatkan ide usaha. Terus mendapatkan pelajaran cara membuat produk kerajinan yang simpel tapi bisa dijual ke pasar yang luas. Dari sana juga saya mendapatkan informasi  mendapatkan mesin supaya segera bisa mulai berproduksi. Ternyata, kalau kita jeli, medsos itu bukan cuma sarana untuk mencari hiburan. Tapi bisa menjadi informasi yang bagus untuk mendapatkan ide peluang usaha," tambahnya.


Meskipun baru setahun berjalan, Hery dan teman-temannya yakin bahwa usaha kerajinan sabut kelapanya ini akan berkembang pesat di masa depan. Apalagi sejak bergabung dengan UKM lain yang mendapatkan pembinaan dari Dinas terkait. Mereka makin optimis bahwa permintaan pasar akan lebih banyak.


"Sementara  ini baru bisa melayani permintaan dari pedagang tanaman hias di Lamongan, Gresik, dan Surabaya. Itu karena mesinnya baru satu. Jadi kapasitas produksinya masih terbatas. Baru bisa membuat sekitar 50-100 produk per hari. Nanti kalau kita sudah bisa mempunyai mesin yang lebih besar, baru bisa memproduksi lebih banyak untuk melayani permintaan dari kota-kota lainnya," papar Hery yang tamatan SMA ini.


Apapun yang terjadi hidup memang harus tetap berjalan. Tertutup rezeki di satu tempat, bisa dicari dari tempat lain yang ternyata hasilnya lebih besar. Yang penting ada kemauan.* (Yunus HS)

LihatTutupKomentar