-->

ARAH JARINGAN MUDA MUHAMMADIYAH LAMONGAN DALAM PILKADA LAMONGAN



Oleh M. Syukur


Gelombang dukungan terhadap pasangan Handoyo - Astiti semakin tak terbendung. Kali ini datang dari anak-anak muda Muhammadiyah se-Kabupaten Lamongan. Mereka yang menamakan diri sebagai Jaringan Kompak 1912 telah melakukan deklarasi dan ikrar bersama (22/11) mendukung total pasangan yang maju lewat jalur independen ini.


Acara deklarasi  dihadiri lebih dari 200 aktivis muda Muhammadiyah Lamongan dari 20 ranting. Lebih dasyat lagi karena orasi dan pembekalan Jaringan 1912 ini langsung diberikan oleh Pak Suyoto, mantan Bupati Bojonegoro dua periode. 


Dukungan ini tentu bukan tanpa alasan. Ada tiga fenomena mengapa mereka di ujung masa kampanye  mengarahkan kiblatnya kepada pasangan Handoyo  Astiti agar menjadi Bupati dan Wakil Bupati Lamongan terpilih 2020-2025.



Pertama, tentu karena melihat pada tataran visi, misi, dan program. Anak muda Muhammadiyah terbiasa berpikir kritis sebelum memutuskan sebuah keputusan besar. Bukan asal dukung mendukung. Seiring perjalanan mereka pasti sudah membaca, memetakan,  membandingkan, membuat profiling masing-masing calon.


Konsep Muhamadiyah  yang selalu memihak kaum mustadafin tampaknya seiring dengan pemihakan pasangan Handoyo dan Astiti dalam visinya. Salah satu programnya adalah menaikkan anggaran pemberdayaan petani dari yang selama ini hanya 20 M per tahun menjadi 200 M per tahun. Naik seribu persen. 


Selama ini dengan anggaran yang minim petani banyak mengalami kesulitan. Mulai dari mendapatkan benih unggul, alih teknologi, saprodi, hingga jaringan pemasaran. Kesulitan itu muncul salah satu sebab utamanya adalah anggaran yang terbatas. Padahal populasi petani  mencapai 80% di Lamongan. Inilah wujud dari pasangan Handoyo Astiti memahami masalah dan tahu solusinya.



Kedua, program Handoyo yang fokus pada pemberdayaan dan pengembangan Karang Taruna tampaknya mengena di hati pemuda Muhammadiyah.


Mata hati mereka melihat betapa selama ini anak muda di Lamongan terpinggirkan. Anggaran kegiatan Karang Taruna yang pagunya hanya satu juta per tahun membuat organisasi tidak bisa bergerak apalagi berkembang. Bagaimana mungkin dengan anggaran sesedikit itu Karang Taruna bisa mengembangkan potensinya? Mustahil terjadi.


Dan visi misi Handoyo Astiti  menjawabnya dengan Program Permodalan Karang Taruna Rp 150 Juta per tahun. Dengan dana sebesar itu pastinya karang taruna hingga di desa-desa terjauh akan bisa bergerak dengan leluasa.


Dengan anggaran Rp 150 Juta/Tahun karang taruna akan bisa kreatif mengembangkan talenta dan potensinya. Bisa digunakan untuk membeli peralatan band, kelompok hadroh, kesenian tradisional, dan semacamnya. Dengan grup itu mereka bisa mendapatkan tanggapan/show di mana-mana.


Dengan dana sebesar itu anak muda juga bisa membuat Kelompok Usaha Bisnis sendiri. Yang dikembangkan sesuai perkembangan jaman dan dengan packaging yang menarik. Pasar yang dibidik bukan lagi pasar lokal. Tapi juga pasar nasional. Dengan begitu potensi ekonomi di desanya akan semakin terangkat dan memutar roda ekonomi desa lebih pesat. Handoyo Astiti tampaknya paham benar dengan aspirasi kaum muda ini.


Program ini pasti membuat angka pengangguran di desa-desa akan menurun drastis. Mengangkat harkat dan martabat pemuda desa. Membuat nama desa mereka menjadi harum seiring dengan grup seni atau produk bisnisnya yang makin terkenal. Apalagi jika penampilannya selalu direkam dan menjadi viral. Show mereka akan meluas kemana-mana. Iklan produknya juga ditayangkan lewat dunia digital. Akan terjadi perubahan yang luar biasa di desa-desa.



Ketiga, pemuda Muhammadiyah tampaknya membaca bahwa semua program Handoyo Astuti sangat realistis untuk diwujudkan. Dengan APBD yang mencapai 3,2 T per tahun kiranya tidak sulit untuk mengalokasikan dana bagi Karang Taruna sebesar 70 M dan Petani hingga 200 M. Hitungan anggaran yang realistis.


Mengapa Jaringan Kompak 1912 baru muncul belakangan? Selain karena hendak membaca secara tepat arah gerak para Paslon, juga karena ingin mencari momentum yang pas. Bagaimana pun jelas bahwa pendukung Handoyo Astuti kebanyakan dari kaum Nahdiyin. Untuk itulah secara etika pemuda Muhammadiyah harus tahu diri untuk menempatkan posisi. Bahwa kehadiran mereka adalah pemerkuat barisan dari pasukan kampanye yang sudah ada. Tampil secara proporsional dan elegan adalah watak kaum muda Muhammadiyah sejak dulu. Tidak ingin merusak sistem yang ada tapi selalu mampu beradaptasi dengan sistem yang ada. Selalu bergandeng tangan dengan komponen yang ada.


Jadi, kiranya dukungan jaringan pemuda Muhammadiyah Lamongan yang berasal dari dua puluhan ranting  terhadap pasangan Handoyo Astiti adalah langkah yang sudah tepat. Anak muda punya pola pikir dan konsep tersendiri tentang masa depan mereka. Dan tampaknya hanya Handoyo Astiti yang bisa menangkap kegelisahan itu dan memberikan solusinya. Salam Kompak!


Muhamad Syukur ST*

Aktivis Muhammadiyah, petani organik, dan Pemuda Pelopor Lamongan 1999

LihatTutupKomentar