-->

IDOLA DODOL BABAT: Tanpa Pengawet Merambah Pasar Luar Jawa


IDOLA DODOL BABAT: Tanpa Pengawet  Merambah Pasar Luar Jawa
IDOLA DODOL BABAT: Tanpa Pengawet  Merambah Pasar Luar Jawa

LENSADESA. Bisnis makanan kecil dan camilan memang tiada habisnya. Ini karena urusan perut memang tak bisa ditunda. Semua orang harus tetap makan atau ngemil dalam situasi ekonomi seperti apapun.

Perjalanan LensaDesa kali ini menuju ke Babat. Ke sebuah rumah yang telah lama menjadi industri makanan kecil. Membuat dodol aneka rasa. Dengan merek Idola.

"Usaha dodol ini sudah berjalan 11 tahun. Awalnya kita membuat satu rasa. Sekarang sudah punya enam rasa. Kita menyesuaikan keinginan konsumen. Mereka pengen apa, kita berusaha melayaninya," ucap Bu Cun Sundari mengawali perbincangan.


Rasa Ketan Hitam adalah dodol buatan Idola yang paling diminati banyak konsumen. Berikutnya rasa waluh dan kurma. Selain itu ada rasa nangka, sirsak, dan pisang. Ke depan akan dikembangkan ke rasa-rasa yang lain sesuai trend yang berkembang.

Secara konvensional pemasaran Dodol Istana paling intensif di tiga kota: Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro. Tapi Idola juga sering melayani pembelian online ke beberapa kota di Jawa dan Luar Jawa. 

"Kami punya pelanggan warung-warung di Kalimantan dan Sulawesi yang rutin order. Jadi, kami kirim lewat jasa paket. Paling tiga hari sudah sampai dan siap jual," jelas Mas Rukhin, suami Bun
 Cun menambahkan. Banyak juga orang Lamongan yang tinggal di Bekasi, Jakarta, Depok, dan Tangerang juga mau menjadi agen Dodol Idola.


Salah satu kelebihan dari produk Idola Dodol adalah dibuat tanpa bahan pengawet. Jadi, secara kesehatan sangat aman. Higienis. Sebagai akibatnya maka masa kadaluarsanya jadi pendek. Makanan ini masih enak hanya maksimal 14 hari. Dalam masa tenggang waktu ini rasanya dijamin masih sangat legit.

"Tapi, justru gara-gara tanpa pengawet itu kami jadi punya banyak pelanggan fanatik. Jadi, ini kelebihan tapi sekaligus sebagai kelemahan. Waktu edar produk jadi pendek. Tapi menang di kualitas," tandas Bu Cun.

Menurut Bu Cun, usaha dodolnya ini bisa bertahan karena selain terus melakukan inovasi rasa, ia juga sering mengikuti pelatihan, baik yang diadakan Kantor Desa maupun oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Kabupaten Lamongan.

Mulai tahun ini Bu Cun meminta bantuan anaknya yang kini masih kuliah untuk menjual secara online lewat instagram dan facebook. Untuk menambah luas pemasaran produknya.

"Saya juga membuka kesempatan menjadi mitra. Baik menjadi agen atau reseller. Bahkan bagi anak-anak muda yang masih belum punya pekerjaan, bisa menjadi tim marketing kami dengan sistem komisi. Tidak perlu keluar uang, cukup meninggalkan ijazah dan fotokopi KTP. Sudah langsung bisa jualan, baik ke tetangga, jamaah pengajian, kantor-kantor, atau warung-warung," tambah Mas Rukhin, yang setelah keluar dari perusahaannya beberapa tahuh lalu, kini full membantu sang isteri membesarkan Dodol Idola.


Industri kecil yang berlokasi di Jalan Bulaksari 9 Rt 02 Rw 02, Desa Sogo, Babat, Lamongan ini memang sempat kena efek covid sehingga selama tiga bulan omset penjualan turun drastis.

"Tapi karena niat saya usaha ini harus besar supaya bisa menolong banyak tetangga, yang kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang waktunya banyak luangnya. Mereka bisa kita berdayakan jika usaha ini bisa berkembang," harap Bu Cun.

"Dari usaha ini kami membiayai pendidikan anak-anak kami. Dua sedang kuliah, Aulia Nanda dan Nurin Firdausi. Dua lagi masih sekolah, Amalia Puspadewi dan Agung Cahya Wijaya. Cita-cita kami semoga kami sekeluarga bisa umroh dari hasil dodol. Kami juga berharap mitra-mitra yang membantu pemasaran Idola Dodol juga mendapatkan penghasilan tambahan yang lumayan untuk membantu ekonomi keluarganya," jelas Mas Rukhin mengakhiri perbincangan.* (Aries Tiono)
LihatTutupKomentar