-->

BISNIS ITU APA SIH? KETIKA KITA BUKAN BUDAK!

 


Ada satu pertanyaan yang sering dilontarkan kepada saya:  mengapa tidak ikut hiruk pikuk perbincangan tentang kripto, bitcoin, trading saham dan semacamnya yang akhir-akhir ini heboh di banyak sosial media?


Sekali lagi tidak sekali dua kali saya mendapatkan pertanyaan seperti itu. Sering bahkan berulang kali. 


Sebetulnya bisa panjang jika harus menjelaskan jawaban dan semua argumentasinya. Baik secara obyektif maupun subyektif. 


Tapi buat melegakan yang bertanya tentu saja harus saya jawab dengan pemahaman versi saya. Dengan argumen atau logika yang bisa diterima dan supaya tidak ada perbincangan panjang tentang itu.




Lalu, bagaimana saya menjawabnya? Setidaknya saya menjelaskan tiga argumen untuk menerangkan hal itu.


Pertama, saya jawab saja sedari dulu saya tidak tertarik dengan dunia itu dan belum pernah menjajal terjun ke dunia kripto atau bitcoin itu. Meski banyak yang mengajak dan mengiming-imingi dengan legitnya keuntungan finansial yang akan diraih. Jadi, bagaimana mungkin saya bisa ikut larut dalam hiruk pikuk tentang hal itu sementara saya tidak tertarik dan tidak menerjuninya? 


Kedua, karena saya punya pendapat sendiri tentang hal itu. Bagi saya kripto, bitcoin, trading, dll itu bukanlah bisnis. (Dalam kasus yang berbeda saya juga menganggap menjadi youtuber, vloger, bloger, dan semacamnya, itu juga bukan bisnis). Kenapa bisa begitu?


Ya karena saya punya parameter yang sangat subyektif tentang bisnis. Yang disebut bisnis adalah ketika sesuatu yang kita kerjakan dan tekuni itu segala aturan mainnya kita sendiri yang menentukan. Bukan ditentukan orang lain, pihak lain, yang kita hanya bisa membebeknya tanpa hak ikut menentukan. Sekali lagi ini pendapat saya. Orang lain boleh jadi bisa sangat berbeda.


Bagi saya,  disebut bisnis itu ya kalau paling tidak kita punya saham mayoritas menentukanlah di usaha itu. Kalau kita bisa ikut jadi pembuat keputusan akhir maka barulah saya sebut itu sebagai bisnis. Kalau tidak bisa ikut membuat keputusan ya berarti bukan bisnis kita.


Maka karena kripto, bitcoin, termasuk di dalamnya trading saham, kita tidak punya kuasa apa-apa untuk menentukan perubahan, mengubah aturan, menciptakan strategi, dan kedaulatan lainnya karenanya saya tidak menyebutnya sebagai bisnis.


Itu hanya permainan saja. Yang, aturan mainnya sudah ditentukan pihak sono. Pembagian keuntungannya ditentukan pihak sono. Operasionalnya dilakukan pihak sono. Segala kewenangannya ada di pihak sono. Kita hanya disuruh naruh duit selanjutnya tinggal menunggu permainannya akan dimainkan seperti apa.

 



Dalam kasus trading misalnya, kita sudah naruh duit, banyak yang setiap hari masih harus mengalokasikan waktunya barang dua tiga jam di depan komputer untuk mengawasi pergerakan sahamnya. Kalau enggak bisa dikuatirkan akan kena lost atau tidak bisa ambil bagian untuk mengambil prospek keuntungan. Kalau ditinggalkan dua jam waktu itu untuk mengerjakan hal yang lain kita merasa akan rugi atau dilanda ketakutan atau kegelisahan. Kita telah menjadi budak dari sistem yang diciptakan orang lain.


Buat saya yang begitu itu bukanlah bisnis. Itu bukan bisnis kita. Kita dikendalikan oleh orang lain. Kita hanya bisa ikut aturan pihak lain. Kita hanya bisa pasrah mengikuti permainan pihak lain. Bukan hanya soal uang yang dipertaruhkan  tapi juga energi, waktu, dan psikis. Semuanya yang kita punya diseret dalam permainan pihak lain. Yang kita tidak pernah tahu siapa dia. Bukan saudara, bukan famili, bukan teman, dan seterusnya. Yang tidak membuat kita nyaman dan bahagia. Lalu buat apa memilih sesuatu yang terus menerus melahirkan kegelisahan dan kekurangan waktu luang?


Ketiga, karena saya selalu ingat dengan nasehat guru saya, Mba Mo, pemilik bakmi legendaris Mbah Mo di Manding, Bantul. Setiap kali bertemu dengan murid-muridnya ia selalu mengingatkan satu hal: ojok kemrungsung pengen sugih. Jangan tergesa-gesa ingin kaya. Karena hasilnya bisa bahaya, bisa sebaliknya. 


Wejangan Mbah Mo itu sederhana. Tekuni bisnismu sendiri, pelan-pelan bangun pasarnya, tingkatkan mutu layanannya, maka hukum alam akan bekerja dengan sendirinya. Kekayaan akan datang pada orang yang tekun dan mandiri. Berdaulat atas dirinya sendiri. Bukan pada yang menggantungkan atau tergantung pada pihak lain.


Saya sudah menemukan mentor yang tepat karena seringnya saya nongkrong di Bakmi Mbah Mo Bantul Yogyakarta. Ketemu orang yang sreg adalah salah satu petunjuk bagi saya untuk memilih langkah yang tepat dalam hidup termasuk dalam berbisnis. Memilih berteman dengan orang yang baik adalah juga pilihan hidup saya. Karena teman dan guru yang dipilih akan ikut menentukan pilihan hidup kita di masa datang.


Grudag-grudug ikut arus yang dimainkan oleh pihak lain adalah salah satu ciri dari hidup kemrungsung itu. Saya menghindarinya. Saya menolak terlibat di dalamnya. Karena saya ingin hidup aman, nyaman, tenang, dan bahagia bersama bisnis saya sendiri.* (AMONG KURNIA EBO)

LihatTutupKomentar