-->

KASMOLAN, KADES GUMINING REJO: Olah Minyak Jelantah dan Rintis Wisata Air

 



LENSADESA. Program pemberdayaan ekonomi masyarakat di desa Guminingrejo, Tikung, Lamongan kian menggeliat. Ada dua program yang sedang menjadi fokus kepala desanya, Kasmolan, SSos. Mengolah minyak jelantah dan merintis pembukaan objek wisata air untuk membantu warganya agar meningkat kesejahteraannya.


"Warga Guminingrejo sebagian besar adalah petani. Hidupnya dari lahan pertanian. Pendapatannya tergantung pada panen padi dan palawija. Saya ingin ada inovasi lain yang bisa meningkatkan kesejahteraan warga. Dari situlah lahir dua program tersebut," jelas Kasmolan, kepada LensaDesa.


Tentang minyak jelantah, ia menjelaskan bahwa idenya bermula dari banyaknya minyak bekas penggorengan yang terbuang sia-sia. "Ternyata kan bisa diolah dan ada penampungnya. Makanya saya minta agar ibu-ibu agar tidak membuang sisa minyak gorengnya. Tapi ditukar dengan uang. Caranya minyak jelantah dibawa ke Warung LA milik desa, nanti petugas akan membelinya seharga Rp 3.000.- per gelas. Memang uang kecil tapi kalau dikumpulkan sebulan bisa banyak. Dan uangnya bisa dibelikan kebutuhan dapur lainnya. Warga menyambut antusias program ini," jelasnya.




Bukti bahwa warga antusias dengan program ini adalah semakin banyak ibu-ibu yang menyetorkan minyak jelantahnya ke Warung LA. Bahkan bukan saja dari desa Gumining, banyak juga ibu-ibu dari desa lain yang juga menyetorkan jelantahnya. "Tidak masalah. Dari mana pun kita terima. Supaya siapa pun bisa mendapatkan manfaat dari program  ini. Apalagi penampungnya juga siap menampung berapa pun jumlahnya. Yang penting, cairan yang semula hanya limbah itu sekarang bisa jadi uang," tandasnya.


Selain mengkampanyekan program minyak jelantah jadi duit, Kasmolan saat ini juga sedang fokus untuk memberdayakan potensi waduk  yang ada di desanya. "Selama ini keberadaan waduk hanya untuk pengairan sawah saja. Padahal waduknya cukup luas dan selalu cukup air. Makanya bersama perangkat desa lainnya kita buat inovasi. Waduk tersebut harus bisa disulap menjadi obyek wisata air," ujar kepala desa yang memimpin lebih dari 2.000 orang warga ini.


Sampai mana prosesnya saat ini? Kasmolan menjelaskan bahwa perijinan dengan pihak terkait sudah diurus. Stakeholder dari desa sudah dikumpulkan. Tokoh masyarakat juga sudah diajak berembug. Termasuk anak-anak muda yang nantinya akan terlibat dalam operasional.


"Sementara ini kita sudah menyediakan empat perahu angsa. Karena anak-anak pasti senang kalau diajak rekreasi di air. Yang penting standar keamanan kita utamakan. Harapan kami, ini akan menjadi sarana rekreasi yang murah meriah bagi masyarakat. Dengan pemandangan hamparan air yang cukup luas pasti akan disukai wisatawan yang datang. Di sisi lain nantinya akan membuat usaha kuliner di sekitarnya akan hidup," jelas Kasmolan.


Ke depan, paparnya, di lokasi wisata waduk ini akan ditambahkan beberapa ikon dan ornamen. Mungkin kincir angin, patung ikan, tulisan-tulisan cantik, tugu simbolis, komedi putar, atau simbol-simbol menarik lainnya yang akan digunakan sebagai lokasi foto pengunjung. Harapannya hal itu akan menunjang promosi karena pengunjung akan mengunggah ke akun sosial medianya masing-masing.


"Tapi itu belum terealisasi sepenuhnya karena terkendala dana. Dana Desa saat ini masih diprioritaskan untuk pemulihan ekonomi dan pangan masyarakat akibat pandemi yang sudah berjalan setahun lebih. Boleh jadi nanti kita akan menerima kerjasama dengan pihak sponsor sepanjang tidak menyalahi peraturan.  Yang jelas, hal itu terus digodog oleh tim yang melibatkan anak-anak muda desa ini," paparnya.




"Kami juga masih membutuhkan bimbingan dari Pemda terutama dinas terkait. Juga belajar pada pengelola wisata desa lain yang sudah eksis. Terutama soal strategi promosinya yang efektif. Yang pasti pelan-pelan ini akan kita wujudkan sampai terealisasi sesuai harapan. Yang enak dikunjungi wisatawan, juga membuat nama desa kami jadi lebih dikenal. Serta punya dampak ekonomi yang bagus untuk peningkatan kesejahteraan masyarakatnya," tandasnya.


Selain soal waduk, Kasmolan juga menceritakan bahwa di desa Guminingrejo ada sejumlah warganya yang berprofesi sebagai pengrajin  tikar dan tas tali rafia. "Antara lain yang paling lama itu Pak Suradji di RT 01. Bahkan beliau sudah bisa memasarkan sampai Jakarta. Dulunya baru sebatas di Surabaya saja. Karena prospeknya lumayan bagus akhirnya yang lain juga ikut," ungkapnya.


Kerajinan lain yang ada di desa ini adalah pembuatan kok badminton. Yang dibuat dari bulu angsa. "Untuk produksi kok badminton ini memang ada kerjasama dengan perusahaan di Malang. Jadi, warga  hanya merangkai pembuatannya saja. Kalau sudah jadi nanti disetorkan ke Malang. Dilabeli merek di sana, dipacking, kemudian dipasarkan. Setiap minggu ada bahan baku yang dikirim ke mari. Setidaknya itu bisa membantu ibu-ibu menjadi lebih produktif memanfaatkan waktu luangnya selepas pulang dari sawah," pungkas Kasmolan.* (YUNUS HANIS)

LihatTutupKomentar