-->

MENCARI PEMIMPIN YANG PUNYA VISI DAN NARASI: PETANI 200 M, PEMUDA 75 M Oleh M. Syukur*


Memilih pemimpin sesungguhnya adalah memilih visinya. Karena kita percaya bahwa setiap pemimpin akan merealisasikan visi itu dan mewujudkan harapan orang-orang yang melabuhkan kepercayaan kepadanya.


Ada tiga calon bupati yang sedang berkompetisi di Lamongan. Saya harus melihat dan mempelajari visi besarnya sebelum menjatuhkan pilihan. Baru berikutnya melihat track recordnya. Terakhir adalah kebermanfaatan bagi diri dan kelompok kita.


Visi besar adalah grand desain. Dan itu adalah pertimbangan utama dan pertama, sebelum yang lain-launnya. 


Visi besar adalah parameter seseorang menguasai bigproblem atau tidak. Visi besar melambangkan seseorang punya narasi besar atau tidak. Visi besar adalah simbol seseorang punya energi besar atau tidak. Visi besar besar adalah penanda seseorang memperjuangkan hal-hal yang kemanfaatannya lebih besar atau tidak.



Ada apa dengan Handoyo dan Astiti? Dari semua calon yang ada saya melihat inilah calon pemimpin yang punya visi besar jelas, tegas, dan terarah. Tahu masalah besar Lamongan apa sekaligus tahu bagaimana membuatkan jalan keluarnya. Dengan mapping yang tepat dan perhitungan yang akurat.


Handoyo ternyata paham bahwa sekitar 80% mata pencaharian penduduk Lamongan adalah petani. Dari tahun ke tahun petani selalu berhadapan dengan masalah-masalah produksi, sarana pertanian, dan pemasaran yang bertubi-tubi, silih berganti, yang tak pernah selesai. 


Salah satu sebabnya tentu karena anggaran pemerintah tak diberikan secara cukup untuk itu. Hanya kurang dari 1% APBD untuk populasi petani yang mencapai 80% warga. Petani selama ini dianaktirikan. Dan Handoyo ternyata ingin menganakemaskan! Dengan dasar proporsional dan keadilan.


Itulah sebabnya begitu Handoyo Astiti mempunyai narasi dan visi ingin menyelesaikan problem petani dengan langkah awalnya menaikkan anggaran mencapai 200 M untuk mensuport dan memberdayakan semua petani di Lamongan, otak dan nalar saya langsung berkata: inilah pemimpin yang saya cari. Tahu masalah dan tahu solusi!


Pelan namun pasti masalah petani akan teratasi dengan anggaran sebesar itu. Andai narasi utama Handoyo Astiti adalah pembangunan infrastruktur seperti yang lain-lainnya, saya tidak akan tertarik mendukung. Saya akan tinggalkan mereka. Tapi karena Handoyo rela mengorbankan infrastruktur demi mengutamakan sektor pertanian dan kesejahteraan petani maka tanpa ragu, saya memberi dukungan 101%. Karena memang sudah saatnya petani dimanjakan demi kedaulatan pangan, bahkan demi kedaulatan bangsa.



Visi besar lainnya yang membuat saya jatuh hati adalah keberanian untuk menjanjikan anggaran mencapai 75 M untuk karang taruna. Handoyo berani teken kontrak bahwa jika dia bupatinya maka gebrakan pertama yang akan dilakukan adalah memberikan anggaran Rp 150 juta kepada karang taruna setiap desa sebagai modal untuk memberdayakan anak muda dengan segala potensi dan berbagai kegiatan ekonomi kreatif. 


Selama ini karang taruna hanya diberi bajet tak lebih dari satu juta per tahun. Mereka bisa apa dengan anggaran sedemikian kecil itu? Hanya bisa untuk membuat acara seremonial yang tidak produktif dan langsung habis.


Saya adalah ketua karang taruna dua periode. Jadi, sangat paham bahkan sangat khatam masalah karang taruna. Visi besar Handoyo-Astiti menaikkan dana karang taruna hingga 75 M adalah visi yang benar dan narasi yang tepat yang akan bisa menggerakkan dan memberdayakan anak-anak muda untuk berkontribusi secara optimal di masing-masing desanya.


Jadi, menurut saya adalah kesalahan terbesar dalam sejarah apabila anak-anak muda, generasi muda Lamongan, tidak menjatuhkan pilihan pada Handoyo-Astiti. Calon ini telah menyatakan visinya, mengikrarkan janjinya, menuliskan angkanya. Mari kita dukung, dan setelah nanti jadi, mari kita bantu untuk  merealisasikan program-programnya. Agar setiap desa berdaya. Agar semua petani naik kesejahteraannya. Agar pemuda semakin eksis dengan kegiatan-kegiatannya yang produktif dan inovatif.* Muhammad Syukur (Mantan Ketua Karang Taruna, Petani Bawang, dan aktivis Muhammadiyah.)

LihatTutupKomentar