-->

SONGOSIJI SMABA BERBAGI DI BABAD: Tiap Ramadhan Sowan Guru dan Santuni Ratusan Anak Yatim



LENSADESA. Tak banyak reunian alumni sekolah yang setiap tahun rutin kompak bertemu dan melakukan hal-hal produktif. Tapi itu tak berlaku bagi alumni SMA Negeri Babat Angkatan 1991. Sudah sembilan tahun secara konsisten mereka berkumpul. Pertama, untuk mengunjungi kembali sekolahnya. Kedua, melakukan aksi sosial untuk masyarakat sekitarnya. Bagaimana kisahnya?


Bambang Kuswaji, Ketua Paguyuban Songo Siji SMABA, kepada LensaDesa mengatakan bahwa agenda reunian dan aksi sosial  alumni 91 ini sudah berjalan selama sebelas tahun. "Hanya sempat terputus dua tahun karena ada balada covid.  Ramadhan 2022 ini sudah bisa jalan lagi ," tandasnya.



Menurut Bambang, kumpul-kumpul reunian saat lebaran sebenarnya sudah jamak dilakukan sejak awal lulus dari SMA. Biasanya kumpul-kumpul, makan-makan, dan nyanyi-nyanyi di sebuah tempat yang disepakati. Sekalian halal bihalal. Bersilarurahmi dan bermaaf-maafan secara langsung.


"Tapi, pada suatu ketika kita merasa ada yang kurang, aneh, hampa. Reunian serasa hanya begitu-begitu saja. Puncaknya, ketika pada satu reunian makanan yang kita pesan hampir separuhnya tidak terkonsumsi. Makanan itu mubasir. Kita berpikir pasti ada yang salah di sini. Dari situ awal diskusinya. Ingin ada paguyuban yang jelas dan punya agenda yang jelas ," ungkap Bambang.



Sekitar sepuluh orang kemudian membentuk tim formatur. "Antara lain saya ajak mas Aries, mbak Zuly, untuk memikirkan sebuah format bagaimana caranya agar reunian itu tidak sekedar berkumpul dan meninggalkan makanan yang mubasir. Tapi, lebih punya makna dan manfaat. Tanpa ada yang tersia-siakan. Dari situlah muncul dua ide. Yakni aksi kunjung sekolah dan aksi sosial. Alhamdulillah, sudah 9 kali kita jalankan secara konsisten," kenang Bambang.


Sabtu, 16 April 2022 lalu, mereka menggelar acara SongoSiji Berbagi. Bertempat di Masjid Mbakung, Pesan Trend Kreatif Al-Nekadiyah, Desa Sogo, Babad, Lamongan. Acaranya berupa santunan sembako dan pakaian untuk 300 anak yatim dan kaum dhuafa. Semua dananya berasal dari urunan semua alumni tanpa kecuali.


"Tahun ini terkumpul dana Rp 40 juta dari teman-teman SongoSiji. Jumlah itu kita kumpulkan sejak awal Ramadhan. Setelah cukup baru kita belanjaan sembako dan baju. Baru kita list daftar anak yatimnya. Tiap alumni kita minta menyetorkan nama-nama anak yatim atau dhuafa di kampungnya. Mereka yang terdaftar inilah yang kita undang dan kita beri santunan. Jadi, semua yang datang pasti kebagian. Jadi, semua teman-teman SongoSiji bergerak dan berpartisipasi. Benar-benar guyub supaya acara bisa sukses," tambah Zuly Rahmawati, Bendahara Paguyuban SongoSiji.





Sekjen SongoSiji, Aries Tiono, menambahkan mengapa angkatan 1991 SMAN Babad bisa kompak dan aktif di Paguban SongoSiji, itu disebabkan karena dua hal.


"Pertama, kami melibatkan semua tanpa pandang bulu. Kedua, transparansi keuangan menjadi prinsip yang utama. Pendek kata, tidak boleh ada dusta di antara kita. Setiap orang harus jujur dengan dirinya dan jangan sampai ada manipulasi. Itu yang membuat kami langgeng dan tak pernah ada konflik," tandas pengusaha sablon dan akrilik ini.


Itu pula sebabnya, tambah Bambang, saldo keuangan harus selalu nol. "Berapa pun yang kita terima dari sumbangan para alumni, ya pas acara aksi sosial itu harus habis semuanya. Panitia yang terlibat mempersiapkan acara juga tidak boleh mengambil dana operasional dari donasi. Keluar dari saku masing-masing. Karena dari awal niatnya memang untuk amal. Semangatnya berkorban dan peduli sosial," jelasnya.



Ada cara unik yang dilakukan oleh tim formatur ini ketika awal-awal ingin menggalang dana untuk reunian plus acara sosial ini. Lewat Diplomasi Kaos Alumni.


"Kami buat dulu kaos berlogo SongoSiji Berbagi & Reuni. Kita datangi satu persatu teman-teman kita yang terjangkau. Yang diluar kita kirim pos. Di dalamnya kita sertakan program kita, ajakan untuk datang dengan memakai kaos alumni, dan nomor rekening bagi yang ingin berdonasi. Alhamdulillah, cara itu efektif dan aman," jelas Bambang.


Saat menemui teman-temannya sambil membawa kaos alumni tim formatur hanya menekankan bahwa reunian ini penting dan diusahakan bisa datang karena momennya hanya setahun sekali. Abaikan nomor rekening jika memang tidak memungkinkan membantu donasi. 


"Mau datang saja, itu sudah kebahagiaan kami semua. Karena berarti sudah meluangkan waktunya. Dan mengapa harus datang mengenakan kaos alumni, karena untuk menghindari adanya gap. Apapun kondisinya mereka saat ini, ketika datang ke acara reuni semuanya sama, memakai kaos yang sama, tak ada atribut yang membedakan satu sama lain. Sehingga tidak tercipta kesenjangan. Tak ada yang minder. Tak ada blok-blokan," tandas Bambang.



Tapi, ada kejadian unik yang pernah terjadi. Cerita Aries, suatu kali ada yang datang ke acara tapi kaosnya malah ketinggalan di rumah. Padahal, sudah disiapkan dan nanti akan dipakai pas sudah masuk area parkir sekolahan.


"Maka begitu turun dari mobil, kita tarik dulu dia masuk ke ruang sekretariat. Kita siapkan kaos baru dan dia harus ganti baju. Baru boleh berbaur dengan yang lain. Kalau dibiarkan bisa muncul kasak-kusuk dan dikira panitia diskriminatif. Sejak itu teman-teman sudah paham setiap mau berangkat acara reunian yang pertama-tama mereka cek adalah kaosnya. Jangan sampai ada yang ketinggalan," ujar Aries.


Prinsip tranparansi terutama dalam hal keuangan diterapkan sejak di grup online yang mereka bentuk. Semua donasi yang masuk langsung dilaporkan secara online. Tentu saja, tanpa harus menyebut nama. Penambahan uang masuk dari hari ke hari diunggah di grup dan semua anggota bisa melihatnya.


"Begitu juga nanti proses penggunaan keuangan. Kita diskusikan di grup. Dana sekian ini jika dipakai untuk paket ini atau itu, untuk konsumsi, baju, uang santunan, cinderamata, dan lain-lain, didiskusikan secara terbuka. Kalau semua sudah setuju, barulah panitia inti action melaksanakan plan-nya. Jadi, pas hari H sudah nggak ada masalah lagi. Nggak ada diskusi lagi. Tinggal memikirkan kesuksesan acaranya saja," tambah Bambang.


Untuk memudahkan pola reunian mereka maka disepakati agenda SongoSiji dibuat bergiliran. Jika tahun ini melakukan aksi peduli sosial, maka tahun depannya giliran aksi kunjung sekolahan.





"Jadi, kita bikin janji dengan guru-guru sekolah di SMABA untuk mengadakan reunian bersama di sekolah. Selain kumpul-kumpul reunian, kita ingin sowan ke guru-guru. Makan bersama, sharing-sharing, dan memberikan sekadar cinderamata. Itu sebagai simbol bahwa kita masih terhubung dengan sekolah sekaligus bentuk penghormatan dan memuliakan guru-guru kita. Sebagai wujud cinta almamater juga," tambah Aries.


Saat ini acara reuni dan aksi peduli SongoSiji berjalan relatif lebih mudah. Itu karena formulanya sudah terbentuk. "Makanya, mengumpulkan 200-300 anak yatim tidak susah. Mengepak semua paket yang mau dibagikan juga bisa cepat. Yang terlibat di hari H untuk mengatur jalannya acara agar berjalan mulus dari awal sampai akhir juga sudah tahu tugas masing-masing. Ibarat kata, tinggal pencet tombol semua langsung jalan dan pasti beres," tandasnya.


Bambang berharap kekompakan, keguyuban, dan visi untuk terus berbagi para alumni SMABA SongoSiji ini akan terus berlanjut seterusnya. "Selama hayat masih di kandung badan. Selama masih berbagi, jangan sampai kita lewatkan. Kalau tidak sekarang mau kapan? Kita manfaatkan kesempatan setahun sekali ini untuk bareng-bareng melakukan kemuliaan. Melakukan aksi sosial. Juga kalau ada di antara teman-teman yang punya usaha bisa saling kita promosikan. Tapi itu hanya bonus saja. Yang utama tetap berkumpul dan berbaginya. Jangan sampai kita putus hubungan silaturahmi di antra alumni," ujar Bambang Kuswaji di akhir perbincangan.* (FAQIN HAIKAL)

LihatTutupKomentar