-->

SUWIGNYO, PUTER, KEMBANGBAHU: Olah Kotoran Peternakan Sapi Menjadi Biogas Gratis



LENSADESA. Ada yang menarik dari peternakan sapi yang dirintis H. Suwignyo di Desa Puter, Kembangbahu, Lamongan. Bukan hanya usaha penggemukan sapinya yang secara ekonomi sangat menguntungkan, tapi  juga inovasinya mengubah kotoran sapi menjadi biogas. Yang kemudian disalurkan ke dapur-dapur seluruh warga kampung secara gratis.


Bagi Suwignyo, menjadi peternak sapi sebetulnya bukan cita-citanya di masa kecil. Sampai remaja ia masih berharap bisa menjadi polisi,  profesi yang dianggapnya sangat membanggakan. Tapi takdir berkata lain. Pernah ikut ujian polisi tapi gagal karena menjelang tes terakhir ia mengalami kecelakaan tabrakan motor.  Itu yang menjadi titik balik perjalanan hidupnya.


"Sempat gelo, kecewa. Tapi, mau bagaimana lagi. Mungkin memang bukan nasib saya. Dan Tuhan memilihkan jalan lain yang membuat saya akan jauh lebih bermanfaat untuk masyarakat. Selalu ada hikmah dibalik kegagalan. Dan sekarang saya bersyukur atas semua ini. Dengan menekuni penggemukan sapi, ternyata dampaknya luar biasa. Banyak hal positif yang bisa saya lakukan untuk keluarga, masyarakat sekitar, dan juga agama. Alhamdulillah, kita memang tidak boleh berprasangka buruk. Tuhan ternyata memberikan gantinya yang  lebih baik," ucap H. Suwignyo saat mengawali perbincangan dengan LensaDesa.




Melepaskan impian menjadi polisi, Suwignya mulai berpikir apa yang akan dilakukannya untuk merenda masa depan. "Saya ngobrol dengan Bapak dan dalam diskusi itu terbersit keinginan untuk beternak sapi saja. Kita kan orang desa. Kenapa tidak mencoba beternak sapi secara serius? Dari situlah saya mulai mengawali usaha yang sebelumnya tak pernah ada dalam bayangan dan pikiran saya," jelasnya.


Meski demikian, karir sebagai peternak sapi yang boleh dibilang saat ini terbesar di Kembangbahu, bukan langsung terjun ke bidang peternakan.


"Awalnya saya jadi blantik. Saya bergaul dengan teman-teman blantik sapi yang lebih senior. Untuk belajar. Ada sekitar empat  tahunan. Berpindah-pindah dari satu pasar hewan  ke pasar hewan lainnya untuk mencari sapi yang cocok dan kemudian menjualnya ke pembeli yang membutuhkan. Akhirnya saya menjadi paham mana sapi yang bagus dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan konsumen," terangnya.


Dari keuntungan demi keuntungan yang didapat dari menjadi blantik sapi itulah ia semakin yakin bahwa sapi bisa menjadi jalan hidup dan masa depannya. Suwignyo lalu membuat kandang di belakang rumahnya. Ia mencari sapi-sapi muda yang kriterianya bagus kemudian dibesarkan atau digemukkan di kandangnya.


"Untungnya bisa lebih besar. Kadang saya dapat bibit di harga sepuluhan juta. Nanti digemukkan beberapa bulan, dirawat dengan sebaik-baiknya, dijaga kesehatannya dengan optimal, nanti bisa dijual di harga 30-40 jutaan. Enaknya lagi, sapi ini resikonya relatif kecil. Lebih tahan stres dan jarang ada kematian. Yang penting perawatan benar-benar dijaga dan dilakukan penuh kasih sayang," ucapnya.


Kini peternakan sapinya sudah berkembang pesat. Sukses di kandang pertama, Suwignyo membangun lagi kandang yang kedua. Total sekarang ada 50 ekor yang digemukkan secara intensif.



"Tentu saja saya tidak bisa melakukannya sendirian. Beberapa tetangga saya libatkan untuk ikut mengurus peternakan ini. Alhamdulillah paling tidak bisa membuka peluang kerja di kampung sendiri. Anak-anak muda juga sebagian saya libatkan khususnya yang masih  belum punya pekerjaan tetap. Itulah sebabnya saya namai peternakan Margo Mulyo. Supaya usaha ini bisa memberi manfaat dan kemuliaan bagi banyak orang," tandasnya.


Dari hasil ternak sapinya ini pula Suwignyo bisa berangkat haji. Bukan hanya sendiri. Tapi bersama keluarganya. Termasuk menghajikan kedua orang tuanya dan kedua mertuanya. "Kalau saya jadi polisi, malah mungkin belum bisa menghajikan orang tua. Ini mungkin hikmah besarnya. Lewat sapi malah bisa membahagiakan dan memuliakan orang tua lebih cepat. Itu pula sebabnya saya tekankan pada anak atau teman lain agar jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah, apapun kejadian buruk yang menimpa kita," jelasnya.


Untuk mendukung usaha peternakan sapinya itu, Suwignyo mendukung penuh ketika putrinya memilih melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Unair. "Itu pas sekali. Bapaknya punya peternakan sapi. Anaknya mau kuliah di kedokteran hewan. Saya kan cuma menang di pengalaman. Kalau ilmunya kan belum. Biarlah itu dilengkapi oleh anak saya, supaya peternakan ini akan lebih baik kualitasnya dan lebih maju lagi," harapnya.


Yang menarik, kotoran sapi yang sangat banyak dari peternakannya itu tidak menjadi sampah sia-sia. Tetapi, dimanfaatkan secara optimal dengan cara diolah menjadi biogas. "Kita buat genuk raksasa berdiameter 10m, semua kotoran kita proses di dalamnya agar menjadi gas lalu kita salurkan ke rumah-rumah penduduk menjadi energi listrik. Hampir 100 rumah sudah memanfaatkan energi listrik biogas ini dan gratis," ucapnya sumringah.* (YUNUS HS)

LihatTutupKomentar