-->

KIPRAH SSB SUKOBENDU: Fasilitas Minim Tapi Tiga Kali Juara Galadesa



LENSADESA. Meski desanya  berada di pinggir hutan di wilayah selatan Kabupaten Lamongan, tapi Sukobendu dari dulu cukup disegani dalam urusan sepakbola. Selain sudah tiga kali menjuarai kompetisi Galadesa, juga sering memenangkan pertandingan persahabatan. Bahkan sejumlah pemainnya ada yang ditarik oleh klub di kota lain. Di tengah segala keterbatasannya ternyata SSB Sukobendu mampu menangguk banyak prestasi.


Jika dilihat dari sejarahnya ternyata SSB itu sudah terbentuk sejak lama. Awal tahun 2001 silam. Jadi usianya sudah 20 tahun. Meskipun naik turun aktivitasnya karena fasilitas yang ada tidak selalu tersedia.


"Tapi, jangan dibayangkan di jaman itu SSB Sukobendu sudah ada fasiliasnya. Saat awal-awal itu modalnya nekad saja. Bahkan bola saja hanya punya dua. Dan memanfaatkan lapangan bola desa yang permukaannya tidak rata dan rumputnya banyak yang gundul. Tapi, karena kita punya tekad yang kuat, yang penting jalan dulu. Agar anak-anak remaja dan pemuda di desa ini punya kegiatan yang positif," ujar M Seger Tisuko, pelatih SSB Sukobendu saat ini.




Di awal tahun 2000-an itu, lanjut Seger, informasi sekolah sepak bola SSB  Sukobendu hanya diumumkan lewat guru olahraga MTs Islamiyah Sukobendu. Ternyata tak disangka peminatnya sangat banyak. Hampir seratus siswa. Semuanya tertarik karena saat itu demam bola lagi terjadi di mana-mana.


"Akhirnya, terpaksa kita juga membentuk tim pelatih juga. Waktu itu yang terlibat adalah Pak Zaenal Wasad (yang sudah meninggal), Mas Aries H (yang ikut klub Persebaya junior), Pak Eko Sadewo (guru olahraga SMPN Kembangbahu), Musbihul Munir, dan saya sendiri. Langsung rapat dan membuat program serta kurikulumnya. Semampu kita, yang penting SSB bisa jalan," kenang Seger.


Latihan diadakan tiga kali seminggu setiap sore. Rabu, Jumat, dan Minggu. Kalau Minggu lebih lama. Mulainya dari jam dua siang sampai materi selesai. "Sampai sekarang kita hari-hari itu tradisikan. Tidak diubah," lanjut Seger kepada LensaDesa.



Dalam perjalanannya SSB Sukobendu memang sempat beberapa kali vakum. Hal ini karena para pelatih punya kesibukan masing-masing. Namun, siswa-siswa kadang latihan sendiri meski patih tidak ada. Sekaligus itu menunjukkan bahwa siswa benar-benar berminat. Dan tidak ingin ilmu yang diajarkan hilang begitu saja. Makanya mereka tetap berlatih sendiri mempraktikkan semua yang telah diajarkan.


Di lima tahun terakhir M Seger sudah bisa mulai aktif lagi membuka latihan secara rutin. Apalagi setelah ada beberapa donatur yang peduli dengan keberadaan SSB. "Ada yang menyumbang gawang. Ada yang menyumbang bola. Ada yang menyumbang seragam. Ada juga yang mengirim air minum dan camilan. Semua itu menambah semangat kami. Pada prinsipnya kita tidak mau meminta-minta, tapi kalau ada yang terketuk untuk membantu kelangsungan hidup SSB Sukobendu maka kita akan terima dengan senang hati. Anak-anak didik juga akan berterima kasih dan berlatih lebih giat karena merasa diperhatikan," ujar Seger.


Banyak nama-nama yang muncul ke permukaan dari SSB Sukobendu. Yang diingatnya antara lain Suwandono, Nasrikan, Suprapto, Pujianto, Kriswanto yang sampai dipanggil kabupaten. Yang terakhir ini ada Hamdan SY yang sering diminta memperkuat skuad Tuban dan Haikal yang sering dipanggil memperkuat skuad Gresik.



Di SSB Sukobendu secara rutin siswa berlatih teknik dan fisik. "Ilmunya didapatkan dari Mas Aris. Pengalamannya selama ikut klub Persebaya Surabaya dulu diturunkan ke anak-anak. Jadi, materi-materinya juga cukup advance. Dan itu sangat bermanfaat bagi anak-anak. Apalagi kita yang tinggal di desa dengan segala keterbatasan fasilitas dan literatur ini," tandas Seger.


Bagi Seger, sebagai pelatih impian besarnya adalah bisa melahirkan bibit-bibit cemerlang yang nantinya bisa memasok pemain bintang ke Persela. Dengan memberikan pelatihan sejak dini dan berkesinambungan bukan hal yang mustahil impiannya itu akan terwujud. 


"Lamongan punya klub besar Persela yang menjadi kebanggaan kita semua. Alangkah membanggakan kalau Persela nanti juga lebih berprestasi lagi dengan pemain-pemain lokal putra daerah. Impian itu yang selalu saya tekankan pada anak-anak. Agar mereka lebih termotivasi dan semakin sungguh-sungguh dalam berlatih. Mereka harus menjadi bintang untuk kampung halamannya sendiri," ujar pria energik yang selalu berapi-api ketika berbicara ini.* (YUNUS HS / MIFTAH MM)

LihatTutupKomentar