-->

SOIB, KADES SIDOMULYO, MANTUP: Menyulap Lahan Kering Lewat Budidaya Kangkung

 


LENSADESA. Mengabdi untuk kampung halaman sendiri. Itulah motivasi Soib, Kepala Desa Sidomulyo, Mantup, Lamongan. Ia rela turun gunung lagi, turun kelas, dari anggota Dewan menjadi Kades. Hanya demi agar desanya bisa maju dan masyarakatnya terangkat perekonomiannya.


Ketika masa jabatannya sebagai anggota Dewan habis tahun 2017 silam, Soib sebenarnya ingin menikmati kehidupan sebagai petani biasa lagi. Tapi, justru masyarakat menginginkannya untuk menjadi Kepala Desa. "Apa boleh buat. Saya masih dianggap bisa memberi manfaat pada masyarakat. Saya terima amanah itu. Demi memajukan kampung tanah kelahiran sendiri," ujarnya.




Begitu dilantik menjadi kepala desa, ia pun tancap gas. Bukan hanya pembangunan infrastruktur yang dijadikan programnya, tapi ia memutar otak bagaimana pemberdayaan ekonomi bisa dilakukan agar penghasilan dan kesejahteraan petani bisa meningkat.


"Warga Sidomulyo ini 90% petani. Tanah di sini sangat subur. Tapi akibat terus-menerus petani menanam padi bahkan di musim kemarau akibatnya banyak wabah menyerang. Tikus dan hama yang lain seperti ulat. Maka saya putar otak untuk memutus mata rantai hama itu. Harus ada komoditas baru sebagai tanaman di sela musim," jelasnya.


Pengalamannya sebagai mantan aktivis saat kuliah di Universitas Darul Jombang dan menjadi anggota Dewan tentu Soib punya network yang cukup luas. Jaringan yang dimilikinya itulah yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat program-program alternatif yang bisa memajukan desanya.




Salah satunya adalah menghubungi PT East West di Jember yang punya produk unggulan kangkung  jumbo. "Saya minta mereka riset apakah tanah di Sidomulyo cocok untuk budidaya kangkung. Ternyata bisa. Maka sejak itulah pola tanam di desa ini padi, padi, dan kangkung. Alhamdulillah, masyarakat merasakan hasilnya dan lumayan memutus mata rantai wabah," jelasnya.


Menurut Soib, budidaya kangkung jumbo East West tidak terlalu sulit. Pertama, karena tidak butuh air melimpah. Yang penting setiap hari disiram air secukupnya kangkung bisa tumbuh dengan subur. Jadi, yang jauh dari saluran irigasi bisa membuat sumur bor bersama untuk pengairan kangkung di sawahnya.


Kedua, waktu panen yang lebih singkat dibandingkan komoditi lainnya dan sekali tanam kangkung bisa dipanen tiga periode. Cashflow yang cepat ini tentu akan menyenangkan bagi petani.




Ketiga, harga yang sudah ditetapkan standar oleh PT. Dengan begitu, harga kangkung stabil dan tidak menjadi permainan para tengkulak sayuran seperti di komoditas lainnya.


"Selama ini tidak ada harga jatuh atau merugikan petani kita. Makanya budidaya kangkung bisa terus berlanjut sampai sekarang. Hubungan petani dan PT benar-benar simbiosis mutualisme. Petani tidak pernah bingung ke mana menjual ketika panen dan dengan harga yang sudah jelas  sehingga petani juga semangat untuk merawat lahannya agar panen maksimal.


"Petani dan pertanian bagaimana pun harus jadi program kerja saya. Karena lahan di sini luas dan masyarakat saya mayoritas petani. Ke depan, saya ingin mengajak anak-anak muda tetap menekuni pertanian tapi dengan teknologi yang lebih maju dan lebih praktis.




 "Anak muda sekarang suka yang praktis dan cepat. Maka orientasi saya harus ke sana supaya tanah di sini produktif semua," tandasnya.


Untuk mendukung visinya itu maka Soib pun akan memprioritaskan pembangunan infrastuktur yang ada hubungannya dengan pertanian. "Yang jelas, jalan-jalan yang menuju area persawahan harus bagus supaya petani mudah dan bisa cepat mengangkut hasil panenannya. Secara bertahap ini kita lakukan. Kalau jalannya mudah maka lahan di titik terjauh pun akan lebih cepat masuk mobil pengangkutan. Selain jalan tentu saja gudang pupuk, sarana pertanian, dan pembibitan akan menjadi fokus program di desa ini," terangnya.


Satu hal yang menjadi keresahannya saat ini adalah tentang keberadaan kampus, desa, dan petani. "Di Lamongan ini sudah banyak kampus. Tiap kampus banyak dosen dan peneliti yang ahli. Maksud saya kalau kampus mau menjadikan program KKN bagi mahasiswa Pertanian untuk terjun langsung ke desa dan mengamati kehidupan dan pola budidaya yang dipraktekkan masyarakat, hasilnya pasti akan lebih bagus. Jadi, ada diskusi dan sinergi. Teori pertanian di kampus dan praktek petani bisa dikombinasikan agar menghasilkan sistem budidaya yang baik serta panen yang optimal. Tapi itu kan belum terjadi. Padahal jelas, lahan di desa itu ya lahan pertanian yang membutuhkan sentuhan orang kampus, selain dari penyuluh dari Dinas Pertanian. Ya, semoga nanti kampus berpikir ke sana apalagi salah satu tugas kampus adalah pengabdian kepada masyarakat," ujarnya menutup perbincangan.* (YUNUS HS)

LihatTutupKomentar