-->

SAWAH KOI CENTER, LAMONGAN: Mencetak Koi Cantik di Bekas Lahan Tambak (1)



LENSADESA. Ingat ikan Koi, identik ingat kota Blitar dan Tulungagung. Karena di dua kota itulah, koi-koi cantik yang asli Jepang itu banyak dihasilkan. Tapi, sekarang  rumus itu tak berlaku lagi. Sebab, koi-koi berkualitas sudah berhasil dibudidayakan di Lamongan. Di Sawah Koi Center. Di desa Kepatihan, Turi, di hamparan tambak yang seluas lima hektar. 


Bagaimana itu bisa terjadi? "Harga ikan bandeng yang beberapa tahun belakangan ini jatuh ketika panen raya tiba membuat saya prihatin.  Membuat saya berpikir keras bagaimana caranya agar petani ikan di Lamongan bisa punya alternatif ikan baru yang lebih menjanjikan. Dan ingin saya sendiri yang memulainya. Jadi, unsur kepepet keadaan juga. Yang membuat kita harus kreatif. Harus ada solusi agar sebagai petani ikan seperti kita bisa ada gairah lagi dan hasilnya bisa dinikmati," ujar Muhamad Yaskun, mengawali perbincangan dengan Lensa Desa.



Maka muncullah ide dari pemilik Sawah Koi Center Lamongan ini untuk belajar budidaya ikan hias langsung dari sumbernya di Blitar dan Tulungagung. "Saya pikir di Lamongan belum ada. Apa salahnya saya coba. Dan perjalanan ke kedua kota itu ternyata membuka wawasan baru. Bahwa ada budidaya ikan hias yang lebih prospek, yang hasilnya lebih menjanjikan, dan secara budidaya relatif mudah. Tekad saya pokoknya harus paham ilmu koi ini  sampai tuntas," ungkapnya.


Ilmu yang diperoleh Yaskun dari Blitar dan Tulungagung itulah yang kemudian diuji coba di tambaknya di Desa Kepatihan, Sukorejo, Turi, Lamongan. Saat memulai budidaya ikan koi ini, hampir semua orang skeptis bahkan nyinyir.



"Ikan apa itu? Mana ada yang beli? Gak mungkin bisa berhasil? Jangan aneh-aneh, air di Lamongan nggak cocok! Lihat saja, pasti akan gagal. Pokoknya macam-macamlah omongan negatif orang. Itu sekitar tiga tahun lalu. Tapi saya jalan terus. Karena saya yakin bahwa saya sudah punya ilmunya dan suatu saat pasti akan berhasil. Dan sekarang semua omongan nyinyir itu  berhenti dengan sendirinya," kenangnya.


Bukan hanya itu, setelah melihat kesuksesan Yaskun dengan budidaya koi dan lancarnya dalam pemasaran, akhirnya banyak warga desa lainnya yang mulai meniru jejaknya. "Banyak yang datang ke sini ingin belajar. Lalu mengubah tambaknya dari bandeng atau mujair menjadi kolam koi. Semua saya ajari dengan senang hati. Saya juga ingin mereka bisa meningkat ekonominya dan kita sejahtera bersama," tandasnya.


Petani-petani koi baru yang mengikuti jejaknya itu pun tidak dibiarkan begitu saja dalam hal pemasaran. "Saya hanya meyakinkan agar mereka tidak perlu kuatir. Kita punya banyak jalur pemasaran sekarang. Jadi, ketika panen tiba mereka tinggal bilang saja. Nanti ada Mas Samsay, tenaga ahli kita di sini yang akan menyortir dan kemudian mengirimkan ke jaringan pembeli kita di berbagai kota," jelas alumnus pondok Pesantren Langitan Tuban ini.



Menurut Yaskun, selama ini soal pemasaran tidak ada kendala. Harganya juga stabil. "Karena ini jenis ikan hobi. Jadi, tidak ada fluktuasi harga yang tajam. Pembelinya kan rata-rata dari kalangan menengah ke atas. Bagi petani sendiri jelas ini memberi keuntungan berkali lipat dibandingkan memelihara ikan konsumsi," tambahnya.


Yaskun mengatakan bahwa seiring dengan dikenalnya produk Sawah Koi Center di kalangan para pecinta koi di tanah air, permintaan terus meningkat. Bukan saja dari Lamongan dan kota-kota lain di Jawa Timur. "Kita mengirim sampai Jakarta, Bandung, Garut, Yogya, Solo, dan Semarang. Kita penuhi semua sesuai grade yang diminta. Karena di koi ini klasifikasi harganya berdasarkan besar kecilnya ikan dan jenisnya," bebernya.


Jenis Kohaku, Tancho, Asagi, Showa, Utsuri, adalah jenis-jenis koi yang dikembangkan di Sawah Koi Center. Ada juga beberapa jenis lainnya meski belum dalam jumlah besar. Pengiriman ke berbagai kota selama ini aman-aman saja. Asal masih dalam jangkauan 24 jam, ikan masih selamat karena ke dalam setiap plastik sudah kita beri oksigen yang cukup," tandasnya.



Keberhasilan Yaskun dalam mengembangkan budidaya koi di Turi ini rupanya terdengar ke telinga sejumlah pejabat dan pengusaha di Lamongan. "Banyak yang datang ke sini. Ingin melihat dan belajar tentang koi. Bahkan ada yang bilang nanti kalau sudah pensiun ingin ikut mengembangkan koi di lahannya. Melihat ikan-ikan di tambak, kata mereka, membuat stres hilang. Apalagi hasilnya cukup menjanjikan," ujar Yaskun.


Selain dari kalangan pejabat dan pengusaha, kata Yaskun, beberapa pengelola pesantren juga sudah ada yang datang ke tempatnya. "Bahkan Gus Bed Ubaidillah Faqih dari Pondok Langitan sudah dua kali ke sini membawa beberapa santrinya untuk belajar tentang koi. Ada juga dari Pondok Sunan Giri, dan beberapa pesantren yang lain. Semuanya saya sambut dengan senang hati. Dari koi kita bisa menambah pertemanan, persaudaraan, tukar ilmu dan wawasan, dan juga peluang-peluang bisnisnya," tandasnya.* (YUNUS HS)

LihatTutupKomentar