-->

JUMALI, KADES SUMBERBENDO, MANTUP: Jadi Sentra Tebu, Siapkan Lahan 5 Ha Untuk Desa Wisata

 

JUMALI, KADES SUMBERBENDO. INGIN BANGUN TEMPAT WISATA.

LENSADESA. Meski dikepung oleh kawasan hutan jati, tapi Sumberbendo punya potensi unggulan. Lebih dari 40 hektar lahan pertanian di desa itu telah disulap menjadi tanaman tebu yang memasok bahan baku pabrik gula. Ke depan, Jumali, Kepala Desa Sumberbendo yang baru, akan menjadikan desanya sebagai destinasi wisata yang menarik.


Desa Sumberbendo adalah desa yang terletak di antara Jalan Raya Mantup - Waduk Gondang. Kanan kirinya masih berupa hutan. Sekitar 90% penduduknya adalah petani tebu. Dan menjadi salah satu pemasok  terbesar bahan baku untuk pabrik gula di Ngimbang dan Mojokerto.


"Masih ada yang nanam padi, jagung, singkong, dan kedelai. Tapi, sangat sedikit. Sebagian besar sudah pindah menanam tebu yang lebih menguntungkan dan penampungnya jelas," ungkap Jumali, Kepala Desa Sumberbendo, Mantup, Lamongan, memulai perbincangan dengan LensaDesa.



Kepala Desa yang baru dilantik pada 7 Nopember 2019 ini mengatakan bahwa banyak keinginan dan programnya yang belum bisa berjalan karena kondisi pandemi. Fokusnya masih pada ketahanan pangan dan keselamatan jiwa warganya. Semua dana atau fasilitas desa masih dikonsentrasikan untuk menyelamatkan kehidupan warganya agar tidak terdampak wabah.


"Sumberbendo mempunyai penduduk 1800 jiwa lebih. Tersebar di empat dusun. Yakni, Dusun Sumput, Saklan, Patuk dan Kedungwungu. Ada 500 KK lebih yang harus mendapatkan perhatian ekstra. Semua perangkat bekerja keras untuk melayani warga dengan sebaik-baiknya. Kesehatan dan keselamatan jiwa harus diutamakan. Kecukupan ketersediaan pangan juga harus bisa kita pastikan. Saya hanya ingin berbuat yang terbaik buat warga saya," tandas Jumali.


Untuk aktivitas administratif, satu tahun ini memang agak dibatasi. Jika diperlukan perangkatlah yang akan mendatangi rumah warga. Tujuannya, untuk menghindari kerumunan yang tidak perlu. "Alhamdulillah, warga saya sehat semua. Karena saling mendukung satu sama lain. Dan itulah hal paling penting yang saya tekankan pada warga Sumberbendo," ucap suami Khoirun Nisa ini.

SUMBERBENDO. SENTRA PENGHASIL TEBU UNTUK PABRIK GULA


Pilihan jenis tanaman tebu yang dibudidayakan oleh sebagian besar warganya, tambah Jumali, akan diteruskan. Karena masyarakat sudah paham benar teknik budidayanya, tahu mengatasi kendala dan masalah yang muncul, serta karena penampung hasil panennya sudah jelas dan dengan harga yang baik. 

"Sepertinya Sumberbendo memang akan menjadi salah satu sentra penghasil tebu terbesar di Lamongan. Belum tahu nanti kalau ada komoditas yang lebih menarik mungkin saja warga bisa berubah hakuan. Memilih jenis tanaman baru yang lebih prospek," kata ayah dua putra ini: Adhi Kresna yang sekolah di SMAN 1 Lamongan dan Gunawan yang masih SD.


Menurut Jumali, ada satu mimpinya yang ingin diwujudkan setelah masa pandemi berakhir nanti. Yakni, ingin membuat obyek wisata di Desa Sumberbendo yang nanti akan menjadi kunjungan wisatawan yang ingin mencari suasana alami dan perjalanannya melewati hutan yang masih banyak pohon-pohon rindang.


"Ada lahan seluas lima hektar yang belum termanfaatkan. Kalau itu jadi, kita nanti bisa meluaskan nya dengan bekerjasama dengan Perhutani untuk memanfaatkan lahan hutan yang tidak produktif lagi. Rencananya akan mempergunakan Dana Desa. Dukungan dari masyarakat dan semua perangkat sudah ada. Tapi, belum bisa kita eksekusi sekarang karena situasi dan kondisi. Intinya, saya ingin Sumberbendo nanti dari tahun ke tahun ada kemajuannya," tambahnya.



Dalam bayangannya, obyek wisata itu nanti akan memadukan antara wisata alam, wisata kuliner, wisata ikonik, dan wisata outbound. Mungkin juga bisa dibangun camp perkemahan di situ. Yang bisa disewakan untuk acara pelatihan para Pramuka atau organisasi-organisasi lain yang ingin menggembleng kadernya dengan menginap. Semua itu nanti akan kita diskusikan lebih dulu dengan perangkat dan tokoh-tokoh desa. Saya ingin semuanya bisa terlibat karena ini akan berdampak pada kemajuan desa Sumberbendo juga ke depannya. Pemberdayaan segala komponen masyarakat juga akan lebih maksimal," ujarnya.


Sumberbendo ternyata juga penghasil tikar. Masih ada sejumlah pengrajin tikar di desa ini yang masih berproduksi. "Tapi tidak banyak. Yang muda-muda sudah tidak mau lagi. Jadi, pengrajin yang ada adalah pengrajin tikar lama yang sudah tua-tua. Meskipun begitu pelanggannya juga masih ada. Makanya masih bertahan sampai sekarang. Karena kegiatan itu positif, ya kita dukung saja. Yang penting jangan sampai nganggur," ucap Jumali menutup perbincangan.* (YUNUS HANIS SYAM)

LihatTutupKomentar