-->

MUH HADIONO, KADES TUGU, MANTUP: 24 Jam Sediakan Mobil Sehat Gratis Bagi Warga



LENSADESA. Memahami aspirasi dan kebutuhan warga adalah hal terpenting bagi seorang kepala desa. Itulah sebabnya Muhamad Hadiono, ST, Kepala Desa Tugu, Mantup, Lamongan, memprioritaskan program-program yang langsung bersentuhan dan berdampak bagi warganya. Antara lain, menyediakan mobil gratis, membuat sumur bor artesis, dan merintis  desa pintar.


"Saya ingin sedikit berbeda dengan program kepala desa yang pernah memimpin di sini. Selama ini fokusnya hanya di infrastuktur dan sektor pertanian. Hal itu tetap kita lanjutkan. Tapi kita kembangkan ke program-program baru yang dibutuhkan masyarakat. Tentu saja kita sesuaikan dengan anggaran yang ada sehingga tetap realistis," ucap Hadiono, mengawali perbincangan dengan LensaDesa.



Program Mobil Sehat adalah terobosan program yang dipilih untuk diprioritaskan saat mendengar keluhan dari warga yang sering kesulitan mendapatkan mobil sewaan ketika mau membawa anggota keluarganya yang sakit atau mau melahirkan. "Maka kita putuskan desa harus punya mobil yang bisa digunakan oleh semua warga desa yang membutuhkan angkutan untuk segala hal yang berhubungan dengan kesehatan. Dan Gratis," jelasnya.


"Dulu warga gedabyakan kalau ada yang tiba-tiba sakit dan membutuhkan pertolongan untuk segera dibawa ke rumah sakit. Apalagi kalau sudah tengah malam. Apalagi kalau ada yang mau melahirkan. Adanya Mobil Sehat  ini sangat membantu warga. Kapan pun mereka butuh silakan pakai. Jam berapa pun. Itu sebagai bentuk pelayanan maksimal kami sebagai aparat desa kepada warga kami," tambah Ismiadi, Sekretaris Desa Tugu, yang baru saja mengganti Sekdes lama, Nur Fatah.



Program kedua yang sudah selesai dijalankan dan bisa dirasakan manfaatnya oleh seluruh warga masyarakat Desa Tugu adalah pembuatan sumur artesis. "Pengeborannya menghabiskan dana hingga Rp 150 juta. Tapi, efeknya sekarang desa kami tidak pernah kekurangan air bersih lagi. Dulu kalau sudah memasuki musim kemarau panjang sebagian warga Tugu pasti mengalami kekurangan air bersih sampai harus mendatangkan bertangki-tangki air bersih dari daerah lain. Sekarang problem tahunan itu sudah tidak masalah lagi," tambahnya.


"Intinya, tugas saya adalah mendengar aspirasi warga. Masukan dari mereka lalu kita musyawarahkan untuk dijadikan progam. Saya memprioritaskan mana yang manfaatnya paling besar dan paling cepat dirasakan oleh seluruh warga dengan anggaran desa yang terbatas dan harus cukup untuk banyak program, baik yang insidentil maupun pengeluaran rutin," ucap Hadiono.


Salah satu program lainnya yang dicanangkan  di Desa Tugu adalah mewujudkan Desa Pintar. "Jadi, kita ingin warga masyarakat nanti selalu bertambah ilmu pengetahuan dan wawasannya. Kita akan membuat perpustakaan desa yang buku-bukunya bersentuhan langsung dengan kepentingan warga. Juga akan ada wifi gratis. Jadi, kalau ingin menambah ilmu atau informasi baru sarana dan prasarananya akan kita siapkan. Jangan sampai di era informasi yang canggih sekarang ini masih ada  warga kami yang bodoh atau gaptek. Semua harus melek ilmu, melek informasi, dan well educated. Sayangnya ini belum bisa kita wujudkan saat ini karena alokasi anggaran sedang kita alihkan untuk penanggulan covid dan bantuan-bantuan sosial agar tidak ada warga yang kekurangan kebutuhan pangannya," ungkap Hadiono.



Gara-gara pandemi itu pula penyelesaian pembangunan Balai Desa Tugu oleh pemerintah desa harus ditunda dulu. "Keselamatan warga nomor satu. Sedangkan soal Balai Desa, yang penting sudah bisa ditempati dengan layak dan bisa melayani warga dengan cepat, itu sudah cukup. Pembagunan ini sudah menghabiskan dana Rp 400 juta. Dan kita masih butuh dana Rp 200 jutaan lagi. Entah,  kita pikirkan nanti dananya dari sumber mana. Yang utama sekarang ini adalah semua warga bisa sehat, selamat, dan tercukupi kebutuhan makanannya. Soal penyelesaian balai desa bisa sambil jalan," paparnya.


Di bidang pemberdayaan ekonomi, gebrakan yang dibuat Hadiono adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya pengrajin tas, souvernir, dan anyam-anyaman. "Saya datangkan trainer langsung dari Yogya," tandasnya.



"Kalau di sektor wisata kita mensuport obyek wisata Gunung Mas agar bisa menjadi alternatif hiburan yang murah meriah bagi masyarakat. Tempat wisata ini memang statusnya milik pribadi seorang warga. Tapi, dampaknya sangat positif bagi masyarakat. Membuat nama desa Tugu makin dikenal dan memberi imbas ekonomi bagi masyarakat sekitar. Makanya pemerintah desa ikut mempromosikannya. Apalagi di wilayah Mantup ini masih kekurangan tempat hiburan bagi masyarakat umum. Keberadaan wahana Gunung Mas sangat positif dalam banyak aspek. Jadi, silakan warga Lamongan berkunjung bersama keluarganya ke tempat wisata di Tugu ini," pungkas Hadiono  di ujung perbincangan.* (Yunus HS/Miftah MM)

LihatTutupKomentar