-->

DIAN FAJRIN RAMADHON, KADES JOTOSANUR, TIKUNG: Bina Pengrajin Batu Bata dan Cetak Entrepeneur Muda





LENSADESA. Banyak orang luar mengenal Lamongan karena berdirinya Masjid Namira yang mimbarnya terpajang kain Kiswah dari Mekah. Tapi, tak banyak yang tahu bahwa lokasi tempat berdirinya masjid Namira adalah di desa Jotosanur. Harus diakui Masjid Namira jauh lebih terkenal daripada nama desa Jotosanur. Hal ini menjadi tantangan bagi kepala desanya: Dian Fajrin Romadhon.


"Masjid Namira memang berada di Jotosanur. Tapi kan itu milik pribadi atau keluarga. Secara struktural tidak ada hubungannya dengan pihak desa. Tapi, kami ikut senang karena nama Jotosanur ikut terangkat juga. Dan tantangannya adalah bagaimana caranya warga Jotosanur bisa mendapatkan multiplayer effect dari Namira. Itu PR kita sekarang," ujar Dian Fajrin mengawali perbincangan.



Faktanya memang sejak berdirinya Masjid Namira jumlah manusia yang berdatangan ke Jotosanur luar biasa. Ribuan orang setiap harinya. Baik yang naik kendaraan pribadi maupun bus pariwisata. Di musim normal tak kurang dari 300 mobil dan 50 bus yang keluar masuk ke Masjid Namira yang telah menjadi destinasi utama wisata religi di Lamongan.


"Menurut kami ini adalah peluang dan tantangan. Bagaimana agar traffict manusia yang begitu banyak itu nantinya bisa berimbas terhadap warga, terutama peningkatan ekonominya. Kita sedang berpikir ke arah sana. Karena di Jotosanur ini banyak UKM yang bergerak di bidang produksi camilan, oleh-oleh, konveksi, catering, kerajinan  dan lain-lain. Semoga nanti bisa kita sinergikan dengan pihak masjid Namira," jelasnya.



Jotosanur selama ini dikenal sebagai penghasil batu bata merah terbaik di Lamongan. Jadi, selain sebagian besar berprofesi sebagai petani padi dan palawija, sebagian bergerak sebagai pengrajin batu bata, yang secara rutin sudah menjadi andalan para pengembang property di Lamongan dan sekitarnya.


Yang pasti, selalu ada pembinaan dan pendampingan dari desa. Seperti terhadap UKM-UKM yang ada di Jotosanur lainnya. "Mereka yang bisa membuka lapangan kerja secara mandiri ini memang harus kita apresiasi. Karena berarti telah ikut mengurangi angka pengangguran di desa ini. Makanya kita support semaksimal mungkin agar terus bertahan dan terus berkembang," tandasnya.


Batu bata dari Jotosanur telah dikenal luas oleh banyak orang dengan kualitasnya. Pemasarannya bahkan meluas hingga luar kabupaten Lamongan. Oleh karenanya aparat desa selalu mengingatkan pentingnya menjaga kualitas produksinya dan juga kesinambungannya. Agar produk  selalu ada ketika batu bata ini dibutuhkan oleh para pemesannya. Agar tidak ada keluhan atau kekecewaan dari semua pihak yang selama ini telah bekerjasama.



Dian Fajrin mengatakan bahwa periode kepemimpinannya kali ini adalah yang kedua kalinya. Menurutnya, dorongan masyarakat dan dukungan anak muda yang membuatnya harus maju kembali saat masa kepemimpinannya habis di periode pertama. Dan seperti sudah diduga banyak orang, ia bisa memenangkan kontestasi dengan mudah.


"Sebetulnya tidak muluk-muluk yang ingin saya lakukan. Prinsipnya sederhana saja, mendengar apa aspirasi warga. Dari situlah saya membuat progam untuk masyarakat. Ya, masih di seputar masalah sarana dan prasarana desa, problem di sektor pertanian, dan bagaimana terus menumbuhkan UKM di desa ini agar pengangguran bisa mendekati nol persen. Yang penting warga semakin makmur sejahtera, pendidikan anak-anaknya makin baik, fasilitas di desa komplit dan bisa dimanfaatkan warga.  Saya tidak terlintas membuat proyek mercusuar apa gitu. Sama sekali tidak. Saya mendengar lalu saya coba realisasikan agar warga senang. Itu saja," ucap pria yang suka humor ini.


"Intinya begini. Saya ingin dari waktu ke waktu desa ini semakin baik. Semakin maju. Warganya semakin mandiri dan sejahtera. Makanya, sektor UKM ke depan saya prioritaskan pembinaannya. Agar yang menciptakan peluang kerja secara mandiri jauh lebih banyak lagi. Segala potensi warga akan kita pikirkan bagaimana pengembangannya. Kompetisi makin ketat, orang tak bisa mengandalkan lagi dari ijazah. Yang sarjana saja banyak yang menganggur. Maka solusinya adalah entrepreneur. Kita ingin menciptakan lebih banyak lagi pelaku UKM yang sukses dari desa ini," tandasnya.



Ditemui terpisah, Abdus Salam, salah seorang warga Jotosanur ang ditemui LensaDesa, mengatakan bahwa sejauh ini kepemimpinan Dian Fajrin dalam mengelola Desa Jotosanur cukup baik. "Itu karena orangnya membumi, sangat mudah bergaul, dan ringan tangan, cekatan, tastes. Juga mau mendengar pendapat banyak orang. Jadi, kesulitan-kesulitan desa lebih mudah diatasi bersama. Jadi, kehidupan di desa ini bisa berjalan aman dan damai. Berjalan normal dan penuh toleransi, tenggang rasa satu sama lain," ucapnya.*    (Yunus HS )

LihatTutupKomentar