-->

MUJIONO, KEPALA DESA DEKETAGUNG: Mantan Perawat Pilih Mudik Jadi Pelayan Rakyat (1)


LENSADESA. Sangat menarik mengikuti kisah perjalanan Kepala Desa Deket Agung, Sugio, Lamongan ini. Mantan perawat rumah sakit, mantan Direktur sebuah perusahaan bisnis, ujungnya memilih pulang kampung. Mengikuti wasiat ibunya, agar ia menjadi kepala desa, menjadi pelayan masyarakat, memakmurkan kampung halamannya sendiri.

Itulah kisah perjalanan Mujiono, Amd.Kep, SE, MM. Putra asli Deket Agung ini memulai karir hidupnya sebagai perawat sebuah rumah sakit terkenal di Gresik. Profesi itu dilakoninya selama 15 tahun yang juga mempertemukan dengan sang isteri: Nur Mujidah.
Bersama Nur Mujidah inilah Mujiono akhirnya dikarunia tiga putri yang cantik, yakni Dzakiyyah Mutiara Clairine, Aryahiyyah Clearista Zafirah, dan Adelia Faranisa Azni.

Lepas dari profesi sebagai perawat, nasib membawanya terjun ke dunia bisnis yang mengharuskannya memimpin perusahaan Enbe Pro Gresik  dalam posisi sebagai Direktur. Itu terjadi karena selama menjadi perawat, Mujiono melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi hingga meraih gelar Magister Manajemen. Di bawah kepemimpinannya perusahaan PT Enbe Pro Gresik  maju sangat pesat.


Hingga suatu ketika ibunya sakit. Ia pulang ke Lamongan. Salah satu wasiat yang disampaikan ibunya adalah agar anaknya pulang kampung dan membangun desanya sendiri. Dengan ikut pemilihan kepala desa yang akan berlangsung pada 15 September 2019.

Untuk menyenangkan hati ibunya yang diperkuat oleh dukungan kerabat dan banyak komponen warga maka Mujiono pun mendaftar. Tanpa kampanye, tanpa tim sukses, tanpa menyiapkan logistik macam-macam akhirnya Mujiono mendapatkan suara terbanyak. Maka takdir pun  membawanya dilantik menjadi Kepala Desa di tanah kelahirannya sendiri pada Januari 2020.

"Tepat tujuh hari sebelum pendaftaran ditutup, ibu saya meninggal. Saya lihat wajahnya yang berbinar di detik-detik akhir hembusan nafasnya. Saya anggap itu wasiat yang harus saya tunaikan. Dua hari sebelum ditutup, saya memastikan daftar ikut Pilkades. Saya tinggalkan jabatan empuk di perusahaan. Itu sangat emosional. Saat itulah saya bertekad akan menunaikan wasiat ibu. Saya ingin all out membangun desa saya sendiri. Saya berjanji 100% akan mengabdi dan melayani  warga Desa Deket Agung sampai desa kami akan benar-benar maju dan makmur," ucap Mujiono saat berbincang dengan LensaDesa.


Berbekal pengalaman kerjanya sebagai karyawan rumah sakit selama 15 tahun dan ilmu manajemen yang dipelajarinya ketika kuliah Pascasarjana serta pengalaman lima tahun memimpin sebuah perusahaan maka Mujiono cancut taliwondho, mantap bulat, bakal bisa memimpin desanya dan membuat program yang menarik untuk memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warganya.

"Itulah sebabnya di awal pemerintahan saya ini saya  membuat program yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan peningkatan ekonomi. Salah satunya saya lihat desa punya potensi Sendang Bawono yang kemudian diresmikan sebagai destinasi wisata khusus. Saya juga membangun kawasan rest area di jalan utama desa untuk mencegat wisatawan yang mau ke Waduk Gondang. Kita bangun 20 warung kuliner di situ yang pengisinya adalah warga sini. Sehingga ibu-ibu bisa lebih produktif membuat aneka kuliner atau camilan yang bisa ditawarkan kepada wisatawan yang singgah di Food Junction. Desa melakukan pendampingan sepenuhnya, dalam soal packaging makanan oleh-oleh misalnya. Juga bantuan permodalannya. Saya juga membuat even Fun Bike yang bisa mengundang ribuan orang datang. Semua itu dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan kas desa, yang nantinya juga untuk pembangunan fasilitas desa lagi," jelasnya.


Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, lanjut Mujiono, desa juga punya program: Semua Warga Harus Lulus SMA. "Kita memandang pendidikan itu sangat penting. Untuk meningkatkan kecerdasan, pola pikir, menambah wawasan, dan menambah skill. Maka warga saya tak boleh ada yang  putus sekolah. Kalau ada keluarga yang kurang mampu maka  desa akan mengambil alih beaya sekolahnya. Pokoknya semua anak Deket Agung wajib sekolah minimal sampai SMA. Apapun pun caranya. Karena rendahnya pendidikan akan menyebabkan banyak keterbatasan, minim wawasan dan ketrampilan, yang ujungnya akan membuat kualitas hidup menjadi rendah, termasuk dalam hal ekonomi dan sosial. Saya harus bisa membuat warga saya semuanya punya kepercayaan diri yang tinggi dan punya martabat dalam pergaulan sosial," ungkapnya.

Untuk mewujudkan semua harapannya itu Mujiono menerapkan prinsip sinergi dan kohesi. "Artinya, saya selalu mengajak para tokoh-tokoh pemuka masyarakat di sini berembug setiap ada masalah atau program. Agar semua bisa sinergi. Karena, dengan cara itu maka masyarakat akan punya kohesi sosial yang tinggi. Yakni, rasa persaudaraan dan persatuan yang kuat. Satu rasa bahwa kita semua punya kewajiban yang sama untuk bersama-sama memajukan desa kita sendiri," tandasnya.* (Yunus HS/Miftah MM)
LihatTutupKomentar