-->

MUJIONO, KEPALA DESA DEKETAGUNG: Bertekad Menjadi Desa Mandiri dan Punya Maskot Wisata (2)


Begitu dilantik menjadi Kepala Desa Deketagung, Mujiono tidak mau menunda-nunda kerja. Semua stake holder kampung dikumpulkan. Program dirancang dan dimusyawarahkan bersama. Hasilnya, dalam sembilan bulan nama Desa Deketagung sudah melambung. Tiga program mercuar secara beruntun langsung diwujudkan.

"Sebenarnya saya punya banyak planing di tahun pertama menjabat sebagai kepala desa ini. Cuma karena ada pandemi akhirnya sebagian kita pending. Kita tunda sampai situasi normal, baru nanti kita gas lagi. Apalagi semua warga sudah kompak satu visi membangun desa ini" ujar Mujiono saat ditemui LensaDesa di kantornya.


Mengapa demikian? Karena Mujiono melihat sebetulnya Deketagung punya banyak potensi yang bisa dikembangkan. Baik sumber daya manusia maupun alam lingkungan desanya. "Tinggal bagaimana kita memberi sentuhan kreativitas dan bentuk inovasi. Saya yakin akan berhasil," tandasnya.

Menyulap sebuah sendang menjadi destinasi wisata unik adalah salah satu program yang sukses digelar. Sejak diluncurkan Juli lalu kini nama Sendang Bawono telah menjadi jujugan keluarga dan anak-anak kecil untuk berwisata secara murah dan meriah tapi menyenangkan buat semua. Selama ini banyak desa yang mempunyai sendang. Tapi, Mujiono yang telah berhasil memoles dan menyulap sebuah sendang yang mungil dan jernih menjadi destinasi wisata yang menarik. Bahkan jadi maskot wisata.

Untuk melengkapinya, Sendang Bawono ditambahi dengan program komplementernya. Yakni, memanfaatkan pekarangan seluas dua hektar yang penuh pohon buah, ada mangga, rambutan, blimbing, dukuh, dll, untuk dijadikan objek berwisata juga. "Kita sebut programnya Sensasi Petik Buah Langsung di Pohonnya. Jadi, di lahan pekarangan itu pengunjung boleh berkeliling kebun lalu memetik buah matang yang diinginkannya. Setelah kita timbang baru nanti dibayar. Ada sensasi saat proses menggalah atau memetik buah-buahan itu. Terutama buat anak-anak. Menjadi pengalaman baru," ujarnya.


Atraksi wisata Sendang Bawono, lanjut Mujiono, juga dikaitkan dengan unsur budaya dan sejarah. "Makanya kita lengkapi juga dengan fasilitas permainan anak-anak tempoe doeloe. Ada permainan egrang, ada benthik, ada lokasi main kelereng,  main gasing, ada lokasi memanah, lompat tali, dan sebagainya. Khusus yang pengen merasakan keliling kampung dengan naik sepeda, sudah kita siapkan banyak sepeda onthel beserta baju Jawa. Untuk mengenang bagaimana nenek moyang dulu menggunakan sarana transportasi sepeda onthel dengan suara kring-kringnya yang khas," jelasnya.

Program yang lain adalah membuatkan rest area yang nyaman bagi wisatawan yang sedang berlibur ke Waduk Gondang dan Wego. Di tengah-tengah dua tempat wisata itu dibuat pondok-pondok kuliner dengan tempat parkir yang luas sehingga akan nyaman bagi pengunjung. Namanya Food Junction. 


"Kalau yang Food Junction itu selain program mercusuar, juga sekaligus misi pemberdayaan ibu-ibu PKK. Karena untuk mengisi pondok-pondok kuliner itu kita melibatkan ibu-ibu semua. Supaya, ada penambahan penghasilan bagi mereka. Jadi, program desa bisa berdampak langsung secara ekonomi bagi keluarga," papar mantan perawat rumah sakit swasta lima belas tahun ini.

Gebrakan ketiga yang dilakukan oleh Mujiono adalah mengajak semua perangkat desa dan warga untuk mengadakan even akbar yang bisa dikunjungi ribuan orang supaya nama desa Deketagung makin dikenal. Maka awal September kemaren diadakan Fun Bike dengan rute unik menerobos masuk hutan. 


"Awalnya, acara Fun Bike kita targetkan akan diikuti oleh seribu peserta. Ternyata diluar dugaan. Animo masyarakat sangat tinggi. Peserta membludak sampai lebih dari 2.000 orang. Sempat kewalahan tapi akhirnya semua berjalan lancar. Bahkan, panitia yang kebanyakan anak-anak muda karang taruna sudah mengusulkan akan bikin lagi acara fun bike yang lebih gebyar lagi. Karena kemaren banyak peserta dari luar kabupaten Lamongan," ungkapnya.

Terlihat bahwa berbagai program awal dari Kepala Desa Deketagung ini kental dengan nuansa pemberdayaan dan ekonomi produktif. Apa tujuannya? "Tentu untuk peningkatan pendapatan kas desa. Karena saya punya harapan, semua warga saya nanti harus lulus sekolah minimal SMA. Yang kesulitan bayar SPP bisa dibayar oleh kas desa lewat program bantuan edukasi. Sedangkan yang berprestasi akan kita beri beasiswa  melanjutkan hingga sarjana. Dananya kita ambilkan dari pendapatan yang masuk dari obyek wisata itu. Saya ingin PAD harus dirasakan secara riel manfaatnya oleh masyarakat. Salah satunya dalam bentuk pendidikan anak-anak. Karena, merekalah yang sepuluh tahun ke depan harus membangun desa ini. Maka sumber daya manusianya harus kita siapkan dari sekarang," tandasnya.

Saat ini, lanjut Mujiono, pihak desa sudah melakukan negosiasi dengan  Perhutani untuk melakukan kerjasama memanfaatkan lahan pinggir hutan yang kurang produktif. "Pihak Perhutani sudah memberikan sinyal siap menyerahkan lahan 30 hektar untuk kita kelola. Kita akan ajak investor dari luar untuk masuk," pungkasnya.* (Yunus HS/Miftah MM)
LihatTutupKomentar