-->

HARDYAN PERMANA, KADES GONDANG LOR, SUGIO: Gebrakan dan Terobosan Programnya Sempat Dianggap Gila




LENSADESA. Berdekatan dengan waduk terbesar di Kabupaten Lamongan, Desa Gondang Lor, Sugio, sebenarnya menyimpan potensi yang luar biasa. Potensi tersembunyi itulah yang kini diberdayakan oleh Hardyan Permana, Kepala Desa yang baru terpilih. Meski awalnya ide-idenya dianggap gila, kini masyarakatnya memberi acungan jempol padanya.


Menjadi Kepala Desa sama sekali tak pernah terbayang dalam impian Hardian Permana. Apalagi sejak lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang, ia langsung mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bonafid dan bisa memiliki rumah tinggal sendiri di Lamongan kota.


"Buat saya, menjadi kepala desa ini seperti sebuah kecelakaan saja. Tak pernah mengira tapi begitulah takdirnya. Benar-benar menjadi nyata. Saya anggap ini jalan hidup yang harus saya lalui. Dan karenanya saya harus berbuat yang terbaik di jalan ini," ujar suami Lia Agustin Nurmaya ini.



Sebelum memastikan mendaftarkan diri ikut pemilihan kades, sebetulnya ada kebimbangan yang luar bisa menghinggapinya. Pertama, karena dia tidak punya pengetahuan apa-apa tentang birokrasi, termasuk juga modal finansial untuk mencalonkan diri yang pasti akan membutuhkan biaya untuk kampanye dan sosialisasi. Kedua, karena calon lainnya adalah salah satu perangkat desa yang sudah berpengalaman dan punya pengaruh luas di masyarakat. Peluangnya seakan-akan tipis kalau tetap maju.


"Tapi desakan dari teman-teman kampung, dari pinisepuh, dari banyak tokoh masyarakat, yang menginginkan ada pemimpin baru dan muda di kampung saya, membuat saya tak berkutik. Akhirnya, ya bismillah, berangkat. Dan kaget juga saat pencoblosan ternyata malah menang dengan selisih angka yang signifikan. Hampir 500 suara. Di situlah saya tersadar bahwa masyarakat memang membutuhkan suasana baru, program baru, ide-ide baru dan pemimpin baru," kenangnya.


Setelah terpilih, Hardyan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dan amanah yang telah disandangnya. Ia langsung tancap gas. Begitu dilantik pada Januari 2020 ia langsung membeberkan ide-idenya kepada semua stakeholder desa Gondang Lor. 


"Banyak yang saya sampaikan dan musyawarahkan. Sebagian malah dianggap ide-ide terobosan saya dianggap gila dan mustahil. Terlalu radikal, kalau bahasa anak sekarang. Tapi, saya terus meyakinkan mereka dan ingin memberi bukti. Dan dalam sepuluh bulan ini sudah mulai kelihatan buktinya. Program bisa terealisasikan," tandasnya.


Titik tekan dari programnya tetap di sektor pertanian mengingat 90% warganya adalah petani. Di bidang ini ia memfokuskan pada perbaikan irigasi sawah dan ketersediaan pupuk yang cukup selama musim tanam. 

"Selain itu saya mencoba mendobrak tradisi dengan mengenalkan komoditas baru, yakni bawang merah. Karena selama masyarakat hanya bertanam padi dan jagung saja. Padahal bawang merah ini komoditas yang harganya selalu bagus dan cepat masa panennya. Ternyata pas  dicanangkan panen raya perdana kemaren, hasilnya memuaskan  semua," jelas ayah dari tiga anak ini:  Khanza Aqilah Permana (8 tahun), Bilqis Azalea Permana (5 tahun), dan Evano Gibran Permana (2 tahun).


Sektor lain yang menjadi program prioritas adalah pariwisata. Ini mengingat Gondang Lor dekat dengan lokasi waduk yang menjadi lokasi kunjungan wisatawan. "Maka saya buat tiga titik destinasi yang unik sekaligus. Pertama, wahana salju (snow island). Wahana yang memberi sensasi kepada pengunjung untuk berpose foto dengan latar belakang pegunungan salju, bunga sakura, dan pakaian tradisional Jepang atau Korea. Bisa pakai kimono atau hanbok. Kedua, spot Karpet Aladin terbang di awan. Pengunjung bisa bisa berpose seolah-olah sedang melayang di udara. Ketiga, G-Park yang menawarkan tempat untuk bersantai dengan udara yang segar dan aneka mainan anak-anak. Bisa untuk berkemah atau camping. Yang ini bekerjasama dengan Perhutani," terangnya. 



Semua objek itu dibanderol dengan tiket masuk yang murah meriah. Ke wahana Gondang Snow Island misalnya, tiketnya hanya Rp 15 ribu saja. Itu pun pulang sudah diberi souvernir hasil cetakan foto pengunjung. Semua wahana tersebut dikelola oleh BUMDes Gondang Lor.


Sebetulnya masih banyak impian dan ide Hardyan untuk memajukan desanya. Sayangnya, mulai bulan Maret ada wabah pandemi. Itu mengakibatkan banyak ide terobosan lainnya belum bisa dijalankan saat ini. Meski demikian, ia optimis jika suasana sudah normal lagi maka program-program inovatif lainnya untuk masyarakat Gondang Lor akan bisa direalisasikan secepatnya.


"Saya ingin ada peningkatan kualitas hidup warga saya. Baik secara ekonomi, sosial, juga infrastruktur. Selain itu anak-anak mudanya menjadi produktif dan kreatif. Di era yang serba cepat ini kita tidak boleh ketinggalan dalam bergerak. Saya ingin Gondang Lor berubah lebih maju dan desanya terkenal karena bisa beradaptasi dengan cepat. Jangan sampai kita tertinggal dengan desa-desa lainnya," ujarnya di akhir perbincangan.* (Yunus Hanis Syam)

LihatTutupKomentar