-->

DWI HANDONO, PLANET ADVENTURE: Konseptor Puluhan Desa Wisata dan Sensasi Kemah Glamping


Namanya Dwi Handono. Muda, cerdas, dan energik. Pernah muncul di acara Kick Andy, Hitam Putih, dan acara teve lainnya. Dwi dikenal sebagai konseptor banyak desa wisata baru di Yogya. Termasuk memperkenalkan kemah mewah yang disebut  Glamping. 

Minggu lalu Dwi Handono hadir di acara kajian malam Tadabur Kehidupan Pondok Pesan-Trend al-Nekadiyah, Desa Sogo, Babat, Lamongan. Ia diminta berbagi pengalamannya kepada jamaah yang kebanyakan anak-anak muda tentang konsep membangun desa wisata beserta problem dan lika-likunya.

Pondok Pesan-Trend al-Nekadiyah yang berada di tengah sawah di antara hamparan tanaman padi dan belum punya akses jalan itu, memang setiap bulan sekali mengadakan acara kajian malam dengan mengundang banyak tokoh entrepreneur, digital marketing, property, agribisnis, dan bidang lain yang sedang ngetrend untuk berbagi ilmu secara gratis. 


"Sebulan sekali kami memang mengadakan acara besar yang terbuka untuk umum dengan mengundang pembicara dari luar. Temanya ganti-ganti. Kadang soal bisnis, pemberdayaan, traveling, leadership, public speaking, dan lain-lain. Di pondok al-Nekadiyah kami mengaji ilmu kehidupan," tutur Aris Tiono, pengurus Pondok kepada LensaDesa.

Malam itu Dwi Handono diminta untuk bercerita tentang seluk beluk membangun desa wisata dari mulai mengkonsep, mendesain, hingga strategi marketingnya. Berdasarkan pengalamannya yang pernah terlibat membuat lebih dari 20 tempat desa wisata baru di Yogyakarta dan sukses dalam menarik kunjungan wisatawan. 

"Sebetulnya membuat desa wisata itu tidak sulit, meskipun tidak juga gampang. Karena sudah ada polanya. Yang paling penting justru dari awal harus ada kesamaan ide dan kebersamaan para stakeholder di desa itu. Karena setiap desa wisata nantinya harus bekerja sama dengan berbagai pihak sebagai SDM yang menggerakkan dan meramaikannya," tandas pria yang hobi naik gunung ini.


Menurut Dwi setiap desa pasti punya potensi untuk dikemas menjadi desa wisata. "Meskipun hanya memiliki sebuah bendungan atau danau saja. Atau hamparan sawah yang hijau atau kawasan hutan yang rimbun. Semua bisa diolah dan dikemas secantik mungkin supaya nanti mendatangkan trafik pengunjung. Misalnya dengan memberi ikon yang instagramable. Diberi gubuk-gubuk kuliner yang eksotik. Atau permainan-permainan yang seru. Itu lebih mudah kalau sudah melihat langsung lokasi yang mau dikriet," jelasnya.

"Saya pernah membuatkan wisata outbound di Bontang dan Banjarmasin. Atas permintaan pengusaha pariwisata setempat.  Memanfaatkan kawasan pinggir hutan yang masih lebat. Kita buatkan beberapa wahana di situ. Termasuk membuat flying fox dan peralatan permainan yang berhubungan dengan kekompakan tim, leadership, kerjasama kelompok, pengembangan skill SDM, dan lain-lain. Hasilnya bagus juga. Sekarang malah banyak dipakai untuk liburan sekaligus training dari perusahaan-perusahaan besar di Kaltim. Dalam waktu dekat saya juga diminta membuat wahana serupa di Papua. Semua peralatannya sudah siap, tinggal menunggu suasananya kondusif, kita langsung terbang," ujar pengurus teras AELY (Asosiasi Experiential Learning Yogyakarta) ini.


Menurut Dwi saat ini permintaan untuk dibuatkan konsep desa wisata sekaligus men-setting lokasinya memang datang dari mana-mana. Itu seiring dunia eco-tourism yang makin ngetrend. Ke depan pasti destinasi-destinasi unik seperti itu akan menjadi tujuan para wisatawan.

"Cuma ya untuk mencapai sana buat saya prosesnya juga panjang. Dan tak terduga juga. Karena saya mengawali semua ini dari hobi. Dulu saya aktivis pecinta alam, suka naik gunung, sekaligus jualan tenda gunung, peralatan kemah dan pecinta alam. Dari situ hobi ini berkembang lebih serius menjadi bisnis. Terutama awalnya jualan tenda kemah," ingatnya.

Saat ini Dwi memang berkibar dengan bendera bisnisnya bernama Planet Adventure yang berkantor di selatan kampus UGM Yogya. Ada macam-macam tenda yang dia pasarkan. Mulai tenda kemah, tenda posko, tenda kios jualan, tenda party, tenda pleton, tenda pramuka, tenda glamping dan sebagainya. Kalau segala peralatan mendaki gunung sudah jelas paling komplit. Termasuk peralatan untuk tim SAR,  BPBD, PMI, dan lainnya. Timnya juga sering diminta untuk membuatkan acara outbound dari sekolah, kampus, dan perusahaan yang bernuansa edukatif. 


Di saat covid kemaren Dwi sampai kewalahan memenuhi permintaan tenda famili. "Banyak keluarga bahkan perawat rumah sakit yang memesan. Rupanya mereka pada bosan terkurung di rumah sehingga ingin suasana baru dengan cara bermalam  di tenda yang semua anggota keluarga bisa masuk ke dalamnya. Itu cara murah dan mudah menghindari stres akibat terpenjara di rumah dalam waktu lama," ucapnya dibarengi tawa renyah.

Belakangan ini Dwi Handono juga sering dilibatkan untuk membuat wisata baru yang dinamakan Wisata Glamping. Singkatan dari Glamourous Camping. Yakni, model kemah mewah. Hidup di dalam kemah tapi semua fasilitasnya serupa dengan hotel. Ada listrik, kamar mandi, perangkat musik, bahkan bisa dipasangi AC.

"Tenda Glamping bisa kita pasang di tengah hutan pinus, hutan jati, atau perkebunan kopi. Berikut fasilitas yang diminta. Tergantung lokasi dan potensinya,"  tandasnya.

Tahun kemaren Dwi dilibatkan dalam pembuatan wisata D'Loano Glamping di perbatasan Yogyakarta - Purworejo. Sekitar dua jam perjalanan dari kita Yogya. "D'Loano ini dulu permintaan Kementrian Pariwisata. Jamannya pak Arief Yahya. Kalau yang ini benar-benar kita kemas mewah. Sewanya bisa satu dua juta per malam. Bisa diisi 4-8 orang. Tapi sensasinya luar biasa. Serasa menginap di hotel bintang tapi di tengah hutan. Yang udaranya segar dan pemandangannya hijau alami," jelasnya.


Wisata Glamping, kata Dwi, banyak diminati oleh orang-orang kota. Terutama Jakarta dan kota besar lainnya. Ada juga wisatawan dari luar negeri. Antara lain dari Singapore, Hongkong, Jepang, dan beberapa dari Eropa. Mereka ingin menikmati suasana bermalam di hutan tropis dan merasakan sensasinya.

Dalam waktu dekat Dwi juga akan terlibat dalam pembuatan tenda wisata Glamping di puncak bukit Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Kali ini atas permintaan tim CSR Bank Indonesia yang akan memberi support pada pengelola wisata living in di Desa Nglanggeran yang memiliki kawasan perkebunan kakao dan peternakan kambing etawa.


Wisata Glamping tampaknya akan marak di tahun-tahun mendatang. Ada yang ingin merasakan sensasi wisata mewah ini? Atau bahkan mau membuat model wisata Glamping di lokasi yang dirasakan menarik dan eksotik di desa Anda? Anda bisa kontak mas Dwi Planet Adventure di HP 0813 9296 2000. untuk berdiskusi tentang konsepnya. Atau minta jadwal menginap di tenda Glamping kalau sedang berwisata ke Yogya. Banyak pilihan. Bisa ke D'Loano atau ke Bukit Nglanggeran yang namanya dipopulerkan oleh Didi Kempot lewat lagunya itu.

Kajian Tadabur Kehidupan di Pondok Pesan-trend al-Nekadiyah malam itu memang berlangsung seru karena bagi sebagian besar jamaah temanya merupakan sesuatu yang baru. 

"Kajian malam berikutnya akan kita adakan besok tanggal 19 September 2020. Sehabis isyak hingga jam 00.00 WiB. Biasanya banyak peserta yang datang dari luar kota. Surabaya, Jombang, Sidoarjo, Bojonegoro,  Tuban, dan Gresik. Terutama anak-anak muda yang haus dengan wawasan baru," tambah Aris Tiono, yang pengusaha kaos dan pabrik botol plastik ini, mengumumkan jadwal kajian berikutnya di pesantren unik di tengah areal persawahan itu.* (A.K. Ebo)
LihatTutupKomentar