-->

SUHANDOYO, DEKET AGUNG: Anak Muda Harus Berani Nekad dan Gila!


LENSADESA. Namanya pasti tidak asing bagi masyarakat Lamongan: Suhandoyo. Ya, warga Desa Deket Agung, Kecamatan Sugio, Lamongan ini sudah dikenal sebagai politisi senior, juga sebagai pengusaha, aktivis sosial, dan belakangan sebagai Calon Bupati Lamongan periode 2020-2024. 

Bersama pasangannya Muhamad Suudin, Handoyo adalah satu-satunya pasangan Cabup-Wabup yang bulan Juli ini sudah lolos verifikasi KPU dari Jalur  Independen. Syarat minimal mengumpulkan dukungan KTP sebanyak 68.000 warga sudah terlampaui. Bahkan timnya berhasil mengumpulkan dukungan  lebih dari 86.000 KTP. 

Ketika LensaDesa mampir ke rumahnya yang tepat berada di depan pintu gerbang obyek wisata Wego,  terdapat banyak anak muda yang sedang berkumpul dan asik berdiskusi. Suhandoyo berada di antara mereka. Kedatangan LensaDesa disambut dengan hangat dan ramah.

SUHANDOYO SP. Usai Diskusi dengan LensaDesa
"Ini bukan sekali dua kali ada. Tapi, sudah saya lakukan sepuluh tahun lebih. Saya dari dulu mencintai anak muda. Saya senang bergaul dan diskusi dengan mereka. Kadang banyak ide-ide segar bermunculan dan ini harus diwadahi. Dengan cara seperti inilah kaderisasi  bisa diciptakan," ucap Handoyo mengawali perbincangan.

Kenapa sangat dekat dengan anak muda? Handoyo punya alasan tersendiri. Menurutnya, anak muda adalah harapan masa depan Lamongan. Sebagai generasi old, dia ingin berbagi pengalamannya dalam banyak  sektor kehidupan kepada anak muda. Supaya anak-anak muda ini pada saatnya nanti punya bekal wawasan yang cukup untuk menjadi leader-leader. Baik di lingkup desa, organisasi, partai politik, maupun pemerintahan.

"Harus ada transfer of knowledge. Jangan sampai yang tua nggegem ilmunya sendirian. Itu namanya egois, individualis," tandasnya.

ANAK MUDA LAMONGAN. Harus Berani Gendeng!
Disinggung soal pencalonannya maju sebagai Calon Bupati, Handoyo mengatakan bahwa itu pun demi masa depan anak muda. Ada visi besar dibalik langkahnya itu.

"Jadi, ini bukan soal ambisi atau apa. Juga, bukan soal menang atau kalah. Dalam kompetisi, menang dan kalah itu biasa saja. Tapi, bagaimana cara memaknainya, itu yang lebih penting dan visi apa yang mau dicapai di masa depan. Jadi, pencalonan ini bukan persoalan individual semata-mata, tapi ada nilai-nilai penting yang ingin saya sampaikan kepada anak-anak muda. Saya ini hanya buka pintu dan memberi contoh kepada generasi muda, bahwa jangan takut untuk melangkah. Sekecil apapun harapan dan peluangnya," tandasnya.

Bagi Handoyo, pasca Bupati Masfuk, Lamongan sekarang mengalami  krisis pemimpin dan kepemimpinan. Karena tidak ada kader-kader muda yang mau maju untuk mencalonkan diri dalam organisasi. Termasuk dalam pemilihan Bupati. Sehingga nama yang muncul itu-itu saja. Yang artinya,  kaderisasi dalam organisasi telah gagal. Ini jelas memprihatinkan bagi Lamongan dan masa depannya.

GAUL DAN DISKUSI. Kaderasisasi Tak Boleh Macet.
"Padahal, sebenarnya banyak anak-anak muda potensial di Lamongan. Banyak yang cerdas-cerdas, alumni kampus-kampus ternama. Hanya saja satu kekurangannya, mereka tidak punya nyali untuk tampil ke depan untuk ikut  memimpin dan membangun Lamongan sesuai tuntutan jamannya. Padahal, saya sangat berharap justru merekalah yang berani menampilkan diri, berani membuat keputusan besar, berani untuk menyampaikan ide-idenya, berani untuk mengadu gagasan-gagasan barunya," tandasnya.

"Makanya, saya salut kalau ada anak muda yang berani nekad dan melakukan aksi yang gendeng seperti Widhi itu. Sekali lagi bukan soal memang atau kalah. Kalau kalah itu mungkin hampir pasti apalagi dia masih muda. Tapi, yang terpenting justru di situlah ada yang namanya mentalitas.  Keberanian dia untuk menaklukkan rasa minder, rasa nggak mampu, rasa nggak percaya diri. Berani membuang rasa malu. Itu sudah kemenangan besar. Orang-orang hebat itu selalu mengawali langkahnya dengan keberanian menaklukkan dirinya sendiri. Punya ide, yakin dengan idenya,  berani melaksanakan ide itu, apa pun kata orang. Di situlah karakter pemimpin itu terlihat, yakni punya mentalitas baja," tandasnya.

Oleh karenanya, Handoyo selalu mendorong anak-anak muda untuk berani maju. Mengambil setiap peluang yang ada. Meski penuh dengan keterbatasan dan peluangnya kecil. "Tapi, bukankah pencapaian-pencapaian besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil. Kalau tidak berani dari sekarang, mau kapan lagi? Tampillah. Nekadlah! Meski hanya dengan modal semangat bambu runcing saja. Pasti suatu saat nanti akan ada orang lain melihatnya sebagai satu langkah besar lalu memberi support. Kalau diam saja, tidak punya pergerakan, bagaimana orang akan melihat, bagaimana orang akan memberi suport,  bagaimana orang akan mengajak kolaborasi? Itu hanya mungkin terjadi kalau Anda obah. Bergerak. Dengan obah, maka dengan sendirinya jalan ke depan akan terbuka lebar. Sebab, sesuatu yang baik itu akan mengundang orang lain untuk mendukungnya. Otomatis. Itu hukum alam. Jadi, anak muda tidak layak untuk minder, tidak boleh malu, harus gendeng, harus menolak untuk kalah dan menyerah sebelum berjuang. Dalam hal apa pun," ujar Handoyo di ujung perbincangan.* (Yunus Hanis Syam)
LihatTutupKomentar