-->

HELMI HADINIATA, LAMONGAN: Hobinya Otomotif, Panen Duit dari Hidroponik

 

LENSADESA. Berkunjung ke lokasi pertanian hidroponik milik Helmi Hadinata di Jalan Sunan Drajat Lamongan ini sungguh banyak kejutan. Ada anak muda, yang dulunya kuliahnya di Fakultas Teknik  dan hobinya otomotif, tapi kini malah sukses mengembangkan budidaya sayuran hidroponik. Serba tidak nyambung. Tapi,  bagaimana bisa sukses?
          
Selepas kuliah Helmi memutuskan pulang kampung. Berharap ijazahnya akan bisa mengantarkannya menjadi PNS merupakan hal yang mustahil. Peluangnya kecil, antreannya banyak. Harus berebut dan belum tentu bisa diterima. Keinginan itu langsung dicoretnya.

Di sisi lain, Helmi nelihat ada peluang untuk terjun ke sektor pertanian. Apalagi tidak banyak anak muda yang tertarik. Bahkan kebanyakan anak muda sudah ogah menjadi petani. Dianggap sebagai profesi jadul. Kurang bergengsi.

 
       
Meskipun peluang di sektor pertanian itu besar, namun muncul problem utamanya, yakni ia tidak punya lahan yang luas. "Di situlah saya mulai putar otak. Bagaimana caranya agar bisa bertani meskipun lahannya sempit. Tapi hasilnya bisa memuaskan sehingga bisa menjadi penghasilan andalan. Saya kemudian mencari banyak referensi. Dan akhirnya pilihan jatuh ke sistem bertani sayuran hidropronik ini," ujar Helmi.

Alumni  SMAN 1 Lamongan ini mengakui bahwa  awalnya memang tidak mudah baginya untuk memilih bercocok tanam secara hidroponik ini. Bukan hanya karena ia belum punya pengalaman sehingga harus trial and error beberapa kali. Bahkan dukungan dari orang lain pun tidak ada. 

"Malah ada yang mentertawakan. Koen iku wis gendeng ta, mosok nanam kangkung kok di paralon. Hahahahha...," kenang Helmi sambari ketawa ngakak. Beberapa temannya dari Pelita Academy, satu-satunya sekolah gratis menjadi pengusaha di Lamongan, ikut tertawa dibuatnya.

Namun, setelah keberhasilannya mengembangkan hidroponik sekarang ini, justru banyak yang salut. Sebagian malah belajar kepadanya. Dan ikut mengembangkan budidaya hidropronik sayuran di samping kanan kiri rumahnya sebagai penghasilan tambahan.

"Dulu saya masih pakai botol plastik, awal-awalnya.  Masih eksperimen. Masih takut kalau-kalau nanti gagal. Jangan sampai rugi besar.  Eh, ternyata semuanya berjalan mulus. Lalu saya rombak semuanya menjadi paralon. Dan diperbanyak jumlahnya," tandasnya.


Dalam mengembangkan budidaya hidroponik ini Helmi menggunakan gabus peredam (rofwold) sebagai media tanamnya. Ini lebih efektif dan efisien dari segi biaya. Sehingga margin keuntungan yang didapat bisa lebih besar.

"Saran saya, kalau baru mulai, bisa menanam tanaman yang mudah tumbuhnya. Misalnya selada atau kangkung. Itu dibutuhkan pasar setiap harinya. Masa panennya juga pendek. Bahkan bisa diatur agar bisa panen setiap hari sehingga bisa mendapatkan uang setiap hari juga. Kalau setiap hari bisa menghasilkan uang kan nantinya bisa lebih semangat lagi mengembangkan hidroponik. Dengan jenis-jenis sayuran yang lain. Bebas. Apa saja bisa kok ditanam dengan sistem hidroponik," tandasnya.

Berapa lama sayuran bisa dipanen sejak ditanam dari bibit? Menurut Helmi, untuk selada atau kangkung rata-rata bisa dipanen dalam 5-6 minggu. Sekitar 40 harian sudah bisa dipetik dan dijual. 

"Enaknya sayuran itu, pasarnya tak terbatas. Maksudnya pasti laku di pasar mana pun. Tinggal kita mengatur aja setiap hari mau panen berapa kilo atau berapa kuintal. Kalau soal itu sudah menyangkut soal modal dan luasan lahan. Tapi, yang pasti, pasar akan menerima berapa pun banyaknya. Semua hasil panen di sini terserap oleh pasar," ucapnya.


Cuma, kata Helmi, ada hama yang memang harus diwaspadai dari tanaman hidroponik ini. Yakni, serangan tikus. Jadi, disarankan petani hidroponik harus punya teknik untuk menghalau tikus ini agar tidak berada di area tanaman, terutama yang segera akan dipanen. Soal hama ini Helmi juga sudah punya strateginya.

Yang pasti adalah sistem hidroponik ini bisa menjadi pilihan utama bagi warga kota yang ingin bertani tapi tidak punya lahan luas. "Justru poinnya adalah bagaimana lahan sempit itu bisa kita sulap agar maksimal dan menghasilkan uang besar. Bisa panen sayur setiap hari, yang artinya bisa memanen uangnya juga setiap hari. Tanpa harus menghabiskan biaya tenaga kerja yang banyak, tanpa punya lahan yang luas, tanpa biaya pemupukan atau pestisida yang mahal, kita sudah bisa menghasilkan pendapatan yang sama dengan menjadi PNS. Bahkan bisa dua atau tiga kali lipatnya," ujarnya.

Helmi juga mengatakan bahwa kebun sayur hidroponiknya terbuka untuk dikunjungi bagi siapa saja yang ingin belajar dari nol. "Silakan saja telpon dulu di  08123 084 071 biar nggak kecelik. Jangan kuatir, saya tidak akan takut bakal tersaingi. Rezeki itu sudah ada yang ngatur. Dan yang jelas, sampai saat ini pasar masih terbuka luas. Semua hasil panen selalu terbeli. Sudah saatnya anak-anak muda mau jadi petani dan maju bersama, sukses bersama. Menjadi petani modern," ucap Helmi mengakhiri wawancara.*  (Yunus Hanis Syam)
LihatTutupKomentar