-->

DIDIK NURHADI, TIKUNG: Bosan Jadi Pelaut, Sukses Jadi Juragan Roti

 

LENSADESA. Profil kita kali ini cukup unik. Latar belakangnya adalah seorang pelaut. Tapi, setelah pulang kampung, kini malah sukses jadi juragan roti. Bagaimana ceritanya?

Persis di belakang balai desa Jotosanur, Tikung, Lamongan, setiap hari ternyata ada kesibukan yang luar biasa. Di bagian belakang, banyak orang fokus di depan mesin produksi dan pengemasan roti. Sedang di bagian depan banyak orang keluar masuk mengambil tumpukan roti pesanannya. 

Begitulah kesibukan hari-hari di Arjuna Denpasar Bakery. Didik Nurhadi, sang juragan usaha roti ini, mengontrol semua pekerjaan dan karyawannya dengan cermat. Agar tak ada pelanggannya yang tak puas. Semua harus sesuai perfoma dan SOP yang harus dipatuhi.


Loh, kok ada kata Denpasar di situ? Bukan kata Tikung sesuai lokasinya? Ternyata ini berhubungan dengan sejarah hidupnya.

"Saya dulu merantau ke Bali. Lalu bergabung dengan perusahaan perkapalan dari Australia setelah lulus pendidikan dari Akademi Pelayaran. Saya lama jadi Marconis di kapal sejak 1998, saya di bagian radio kontrol. Setelah habis kontrak saya berhenti lalu pindah menjadi sales di perusahaan bakery di Denpasar. Dari situlah saya mulai mengenal seluk beluk bisnis roti. Saya ingin mengabadikan awal kisah usaha ini, yang berawal dari Denpasar. Makanya namanya Arjuna Denpasar Bakery Tikung," kenang Nurhadi.
       
Di Denpasar inilah ia bertemu sang isteri yang asli Banyuwangi,  Sri Utami Ningrum. Sekitar lima tahun Didik Nurhadi bergabung dengan perusahaan Charis Bakery sebagai tim marketing yang tiap tahun mendapat predikat sebagai karyawan berprestasi karena selalu melampaui target penjualan.

Merasa cukup pengalaman dengan ikut perusahaan orang, Didik memutuskan ikut keinginan isteri untuk balik ke Banyuwangi. Sambil membesarkan anak mereka merintis usaha kripik dari rumah. Sayangnya pasar belum menyambut dengan baik. Itulah sebabnya Nurhadi mengajak isterinya pindah ke kampungnya sendiri di Tikung, Lamongan.

"Saya langsung memutuskan untuk membuat usaha roti karena selama lima tahun itu saya paham seluk beluknya. Saya paham pola marketingnya, saya tahu secaa garis besar cara produksinya, dan saya lihat di Tikung belum ada yang terjun di bisnis roti. Padahal, banyak sekali acara pertemuan, pengajian, rapat, hajatan, dan lain-lain. Saya berpikir ini prospeknya pasti bagus," ucap Nurhadi.

           
"Dengan modal seadanya kita mulai usaha ini. Ternyata responsnya bagus. Setiap warung dan toko-toko yang kita titipi roti buatan kita ternyata selalu habis. Dari situ saya semakin yakin dan percaya diri. Saya makin serius dan membuat brand Arjuna Denpasar supaya makin mudah dikenal. Dan, Alhamdulillah nama Arjuna sudah mulai dikenal di masyarakat. Bahkan ada sales dari Mojokerto, Jombang, Bojonegoro yang sekarang ambil barang di sini setiap hari. Di luar kota juga lumayan laris," tandasnya.

Mengapa Nurhadi tidak terlalu sulit untuk menjual produknya? Menurutnya itu semua tidak lepas dari pengalamannya di perusahaan tempatnya bekerja dulu. Dia tinggal mempraktekkan ulang apa yang sudah pernah dijalani ketika mendapat predikat karyawan berprestasi. Pengalaman ikut orang selama lima tahun ternyata besar manfaatnya.

"Kalau sekarang ini produksi masih di kisaran seribuan per hari. Kalau musim ramai pesanan bisa tembus tiga ribuan biji. Alhamdulillah, bisa ikut membuka lapangan kerja untuk famili yang masih menganggur. Kalau ke depan makin maju semoga bisa membuka lapangan kerja lebih banyak," harap pria low profile ini.
         
Ayah dari tiga anak, Myrza Reyhansyah, Nadya Ayu Sukarini dan Rickya Alam Cahaya, mengatakan bahwa kunci penting dari kelancaran usaha bakery yang ditekuninya ini adalah kepuasan. Yakni, produk harus memuaskan konsumen dan margin keuntungan yang dibagi untuk agen atau reseller juga memuaskan. 

"Kita sebagai pengusaha nggak boleh serakah. Semua harus sama-sama untung. Supaya usaha tetap langgeng dan semuanya harus sejahtera bersama," tandasnya.


Sampai hari ini Nurhadi juga masih membuka peluang bagi siapa pun untuk ikut memasarkan produknya. Baik di Lamongan maupun untuk pasar luar kota. Dia masih punya impian suatu saat omsetnya bisa menembus setengah milyar per bulan dan bisa ikut mengentaskan  pengangguran yang ada di desanya lewat usaha rotinya.

"Saat ini kita juga sedang mencoba menciptakan inovasi-inovasi baru. Membuat variasi-variasi baru. Semua juga asalnya dari mendengar saran dan masukan dari para konsumen. Masukan itu kita olah dan kita ciptakan produknya. Intinya, Arjuna Denpasar akan terus menciptakan toping-toping baru sesuai permintaan pasar," ungkapnya.

Didik Nurhadi juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada semua karyawannya yang sudah memenuhi dua hal penting yang disyaratkan ketika bekerja di perusahaannya. Yakni, jujur dan disiplin. 

"Dua hal ini paling penting dalam usaha. Karyawan harus jujur dan disiplin dengan tugasnya. Kalau itu tidak ada maka usaha pasti akan berantakan. Itu rumus pasti," ujarnya menutup perbincangan* (Yunus HS)
LihatTutupKomentar