-->

SETARA KONVEKSI, KALITENGAH: Sulap Lembaran Kain Jadi Tiga Kios Busana


LENSADESA. Kabar kali ini datang dari sudut desa Blajo RT 01/RW 01, Kalitengah, Lamongan. Yakni, kisah tentang perjalanan Siti Mutmainah memulai usaha konveksinya. Berawal dari selembar kain jahitan hingga sukses melipatgandakan aset menjadi tiga kios yang produktif. Bagaimana caranya?
Boleh dikata, Siti Mutmainah menerjuni dunia konveksi ini karena kecelakaan sejarah. Tidak terbayang sebelumnya bakal terjun ke dunia jahit menjahit dan konveksi.

"Waktu itu saya lulus MA di Gresik. Sebagai lulusan terbaik saya dapat beasiswa kuliah gratis di IAIN Surabaya. Tapi apa daya, orang tua meminta saya pulang. Hari ketiga setelah kelulusan langsung dinikahkan. Saya harus mengubur keinginan kuliah itu. Dan berarti harus mulai hidup mandiri bersama suami. Di sinilah asal muasalnya usaha ini. Serba otodidak," ujar Mutmainah.

Untuk mengisi kekosongan kegiatan dan kegalauan hatinya tentang masa depannya ia kemudian memanfaatkan mesin jahit orang tuanya untuk menerima jasa jahitan orang. Ternyata ada yang mau. Lalu pelan-pelan hasil jahitannya yang rapi dan presisi itu tersebar dari mulut ke mulut. Akhirnya semakin banyak yang order jahitan. Bukan hanya satuan. Tapi order seragam sekolah, seragam pegawai, pakaian kelurahan, dan macam-macam.


"Karena kewalahan akhirnya saya merekrut orang untuk membantu. Saya ajari memotong, lalu menjahit, kemudian membordir, sampai semuanya mahir. Sampai sekarang ini sudah punya 30 penjahit. Padahal, tahun 2007 masih saya tangani sendiri," kenangnya menceritakan awal perjalanan usahanya.

Awal bersinar usahanya terjadi ketika jaman Menteri Khofifah Indar Parawansa. Ada banyak penawaran pelatihan dari dinas terkait. "Semua saya ikuti. Hasilnya bukan hanya ilmu menjahit yang saya dapatkan. Dari pelatihan itu justru saya dapat jaringan baru yang memperlebar pemasaran. Saya jadi banyak kenal orang-orang dinas dan kantoran. Yang semua akhirnya order ke konveksi saya. Dan itu membuat saya semakin kewalahan," tandasnya.

Sesuai ilmu yang didapatkan dalam pelatihan, bahwa sebagian keuntungan bisnis harus dirupakan aset yang mendukung usaha, Siti Mutmainah memberanikan diri mengambil satu kios di dekat rumahnya. Supaya tempat produksi bisa dipisahkan dari rumah. Rumah juga menjadi lebih bersih dan tenang. Semua peralatan jahit pindah ke kios.


Ternyata pemesanan semakin banyak. Bukan hanya dari Lamongan. Bahkan dari kota-kota lain di Jawa Timur. Akhirnya mau tidak mau ia harus merekrut karyawan lagi. Supaya tidak bertabrakan antara karyawan yang sedang berproduksi dengan yang sedang latihan magang, maka terbersitlah pemikiran untuk mendirikan lembaga kursus menjahit. Tujuannya, agar dia nanti tidak repot-repot ketika mencari karyawan baru saat permintaan membludak. 

"Saya lalu mencari informasi ke Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Pendidikan. Dari situlah awalnya saya punya LPK Setara. Lembaga Pelatihan Kerja. Dan secara periodik menerima siswa baru. Mau tidak mau saya harus berani ambil kios kedua," paparnya sambil menitipkan nomor HP  0856 4603 3619 bagi yang menginginkan informasi program LPK tata busananya.

Dan benar, hasil garapan Setara Konveksi yang rapi dan presisi semakin dikenal banyak orang. Bahkan sampai luar Jawa. Pemesanan mulai berkembang ke bentuk-bentuk lainnya. Mulai jilbab, pakaian anak, seragam PAUD, jaket almamater, kaos, daster, busana muslimah, jas, hingga celana seragam.


"Karena yang mengerjakan semuanya lulusan LPK saya, otomatis kualitasnya terjaga. Dan yang hanya itu yang memang saya utamakan. Saya kontrol terus. Itulah sebabnya kami tak pernah sepi orderan. Mengalir terus. Apalagi di bulan-bulan Ramadhan. Kadang sampai lembur," tandasnya.

Semakin berkembangnya usaha konveksinya yang  bersinergi dengan LPK yang didirikannya membuat Bu Siti tak ragu mengambil kios yang ketiga. Yang ini khusus untuk memajang kreasi-kreasi busananya. Sehingga kalau ada yang memesan tinggal melihat model mana yang diinginkan. "Kita tinggal menyesuaikan saja.  Menambah modifikasinya sesuai keinginan konsumen," tambahnya.


Ketika ditanya apakah pernah mengalami kesulitan permodalan untuk melakukan percepatan usahanya ini, Mutmainah menjawab tidak ada kendala. "Pada awal-awal iya. Tapi setelah ketemu polanya, tidak. Malah pihak bank yang datang sendiri menawari modal. Saya hanya ambil sesuai kebutuhan saja. Agar cicilan tetap lancar sehingga bisa tenang dan fokus pada produksi. Karena semuanya terukur. Kemampuan bayar per bulannya sudah saya hitung matang. Makanya selembar kain itu kini berubah jadi tiga kios dengan aman," tandasnya.

Bagi Siti Mutmainah, yang paling penting dalam berbisnis adalah ketekunan, kejujuran, dan ketepatan target. "Kalau soal ilmu bisa sambil jalan. Bisa ikut pelatihan-pelatihan. Soal modal nanti juga datang sendiri," ujarnya menutup perbincangan.* (Yunus Hans)
LihatTutupKomentar