-->

GARAGE FARM, CEBONGAN: Beternak Kambing Tanpa Bau, Tanpa Biaya Operasional

 

LENSADESA. Cerita kali ini adalah perjalanan LensaDesa saat mengajak sejumlah anggota karang taruna Desa Sukobendu, Mantup, Lamongan untuk melakukan wisata edukasi ke Yogyakarta. Pandemik covid selama beberapa bulan membuat ruang gerak semua orang menjadi terbatas. Nah, ketika situasinya sudah longgar maka menjadi kesempatan untuk keluar rumah atau keluar kota. Tentu untuk hal-hal yang positif dan nantinya produktif.

Tujuan pertama wisata edukasi ketika sampai di Yogya adalah menuju peternakan kambing gibas dan kambing etawa yang sudah dikelola secara serius dan profesional. Menempati tanah seluas 600 M2 farm kambing gibas ini dibangun di kawasan tak jauh dari areal pesawahan. Lokasi tepatnya berada di dusun Kebon Agung, Cebongan, Sleman, Yogyakarta.



Ada 400 kambing gibas dipelihara di sini. Kambing gibas adalah komoditas utamanya. Karena kambing ini yang dibutuhkan oleh pedagang sate, catering aqiqah, dan panitia Idul Qurban. Selain kambing gibas masih ada sekitar 20 kambing peranakan etawa dengan empat pejantan di kandang lainnya. Terpisah zonanya dengan kambing gibas.

"Kalau yang kambing gibas itu memang murni dijual untuk konsumsi. Nanti panen rayanya saat menjelang Idul Adha. Pasti terjual habis dan untungnya lumayan besar. Kalau bukan untuk agenda Idul Adha lebih kecil sedikit keuntungannya. Biasanya dipesan untuk acara aqiqah atau dari warung-warung sate," jelas Aldy Febrianto, pemilik peternakan kambing bernama Garage Farm ini.

Saat ditanya kenapa ada juga kambing etawa? Ternyata ini adalah strategi untuk mengefisienkan cost. "Kambing gibas itu baru jadi duit enam atau tujuh bulan lagi. Kalau kambing etawa, bisa dipanen susunya tiap hari. Jadi, ada pemasukan duitnya tiap hari dengan memerah susunya," jelasnya membongkar rahasia.


Menurutnya, praktis biaya operasional kandang setiap bulannya, mulai listrik, makan karyawan, gaji karyawan dan penjaga, sudah tertutup oleh hasil jualan susu segar kambing etawa. "Tiap pagi atau sore selalu ada pelanggan yang ke sini kok. Minta diperahkan susu. Ada yang satu liter ada yang minta dua liter. Macam-macam. Kita layani sesuai permintaannya berapa. Satu kambing bisa menghasilkan susu satu sampai dua liter sekali perah," jelasnya.

Khusus untuk kambing etawa ini ada yang cukup unik. Yakni, beberapa pelanggannya ada yang pesan khusus susu segar dari kambing etawa yang barusan melahirkan. Jadi, begitu induk selesai melahirkan anaknya maka susu yang diperas pertama kali itu sudah diinden oleh pelanggan. Bahkan kadang jadi rebutan. Harga susu etawa yang diambil pertama kali setelah melahirkan ini bisa dua atau tiga kali lipat dari harga normal. Karena susu pertama pascamelahirkan ini dianggap punya protein yang sangat tinggi dan memiliki enzim yang lengkap untuk meningkatkan kebugaran tubuh dan menyembuhkan beberapa jenis penyakit.



Bayangan orang ketika pergi ke kandang peternakan kambing yang akan dirasakan pasti bau busuk atau pesing yang menusuk hidung. Tapi di Garage Farm Cebongan bayangan buruk itu  tidak  terbukti. Tak ada bau apa pun yang mengganggu. Udara yang terhirup biasa saja. "Kotorannya pun tidak akan bau. Amoniaknya sudah dinetralisir sejak pemberian pakan yang telah difermentasi. Apalagi di kanan kiri ini persawahan. Udaranya tetap segar," tandas Aldy.

Tersedia 400 ekor kambing Qurban sehat dan siap jual di farm ini. Aldy biasanya menyiapkan kambing-kambing gibasnya untuk panitia Qurban di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya. "Kalau ada yang membutuhkan biasanya langsung kontak saya di HP 0857 2777 5097. Tinggal mau ke kandang kapan dan memilih yang bobotnya berapa. Nanti kandang yang itu langsung kita tempeli stiker sudah terjual," ungkap penghobi gowes ini. 


Kambing dari Garage Farm secara fair akan ditimbang dan dijual berdasarkan berat badannya. Tinggal dikalikan harga per kilogramnya. Jadi  kalau pas hari H Idul Adha beratnya kurang dari perkiraan maka uang akan dikembalikan sesuai kekurangan beratnya. Begitu juga sebaliknya jika beratnya kelebihan maka takmir harus menambah pembayarannya. "Semuanya fair. Tidak ada yang merasa dizalimi dalam transaksi di sini," tandasnya.

Perjalanan LensaDesa mengajak anak-anak muda untuk melakukan studi banding ke tempat-tempat ekonomi produktif seperti ini ternyata dianggap lebih menyenangkan dan lebih bermanfaat dibandingkan hanya pergi ke tempat-tempat wisata yang hanya menghasilkan foto-foto mejeng dan menghabiskan isi dompet untuk beli oleh-oleh.* (A.K. Ebo)
LihatTutupKomentar