-->

EKO HIJRAHYANTO, BABAD: Garap Konveksi Spesialis Kaos 3D dan Custom

 


LensaDesa. Namanya Eko Hijrahyanto Erkasi. Tinggalnya di kota kecil. Babad, Lamongan, Jawa Timur. Bisnisnya konveksi. Sudah sekitar lima tahun melayani pembuatan jaket,  kaos eksklusif, rompi, kaos olahraga, sweater, dan merchandise yang berbahan kain lainnya.

Apa istimewanya? Nah, saat LensaDesa mendatangi rumah yang sekaligus tempat workshopnya di Desa Sumurgenuk RT 5 RW 3 Babad, Lamongan, usaha konveksinya ternyata mengambil segmentasi yang berbeda. Agar punya differensiasi yang jelas di antara ratusan pengusaha konveksi lainnya.



"Kita memang lebih banyak melayani produk costum. Untuk desainnya pakai teknik sublimasi tiga dimensi. Full body. Untuk jumlah pesanannya tidak ada minimal harus berapa. Order satu biji pun kita layani. Dan harga masih bersahabat kok," ujar Eko Hijrahyanto mengawali perbincangan.

Dengan mengambil segmentasi di kaos 3D dan custom itu, ia merasa lebih bisa menjaga kualitas produksi dan tidak kemrungsung dalam pengerjaan agar sesuai dengan harapan yang diingini  pelanggan.

"Pasar konveksi saya ini lebih di kelas tengah. Yang lebih mementingkan kualitas dibandingkan harga. Bahkan harga kadang tidak masalah asalkan bagus. Segmennya lebih ke seni atau hobi. Kaos atau jaket yang dipakai lebih untuk kepentingan prestis. Kebanggaan dan kepuasaan. Bukan permintaan  semacam kaos kampanye yang jumlahnya ribuan begitu. Tapi memang ada segmen di sini. Yang minta satuan atau kuantiti terbatas. Saya mencoba melayani dengan servis yang terbaik supaya semua konsumen puas maksimal," ujar pria berkacamata  ini.


Selama ini, Eko melakukan pemasaran usaha konveksinya secara konvensional. Itulah sebabnya ia masuk ke banyak organisasi dan aktif di sana. Tujuannya agar selain punya kegiatan positif, menambah banyak relasi, sekaligus juga mengenalkan produk eksklusifnya.

"Kata pepatah, sekali mendayung empat lima pulau terlampaui. Dan jujur, pelanggan saya banyak dari kalangan organisasi ini. Baik organisasi hobi, organisasi bisnis, organisasi keagamaan, dan sebagainya. Setelah kenal dan tahu bidang usaha saya di konveksi, mereka langsung memesan dan kemudian menjadi langganan," jelas aktivis majelis ekonomi persyarikatan Muhammadiyah Babat ini.



Menurut Eko, membangun kepercayaan kepada relasi itulah yang mahal. Itulah sebabnya ia sangat menjaganya. Membuatkan produk yang zero cacat. Pokoknya prinsip dia ketika produk sampai di konsumen yang ada hanya puas dan puas dengan hasilnya.

"Namun, di situ juga dilematisnya yang membuat saya harus hati-hati. Sekali saja kualitas kita cacat atau tidak sesuai harapan maka nama kita bisa hancur. Tetapi sebaliknya, jika mereka puas maka mereka akan repeat order dalam jumlah lebih banyak. Bahkan merekomendasikan kepada orang lain dan ikut memberikan jaminan kualitasnya. Itu sebabnya sangat amat saya jaga soal kualitas. Itu soal prinsip dalam bisnis konveksi ini," tandasnya.

Yang unik lagi, dan barangkali karena kualitas yang terus dijaga tadi, usaha yang dibangun di kota kecil setingkat kecamatan ini, produknya  sudah merambah ke mana-mana. Baik ke kota-kota di Jawa maupun Luar Jawa. Bahkan Jakarta dan Surabaya malah paling banyak konsumennya. Selain tahu dari teman komunitasnya, ada juga yang tahu lewat facebook pribadinya lalu  kontak japri terus pesan.



"Saya banyak dapat pesanan dari komunitas sepeda, komunitas penghobi burung, komunitas mobil,  organisasi profesi, organisasi kampus, perusahaan, bahkan group suporter bola. Macam-macam latar belakangnya. Semua kita layani, meski cuma pesan satu dan ada tulisan nama pemakainya di jaket atau kaos yang mereka pesan. Namanya custom. Kesannya ekslusif. Prestisenya tinggi," jelas sarjana Bahasa Inggris yang penyuka topi koboi ini.

Dituturkan Eko, setiap order yang didapatkan ia mengusahakan agar selesai cepat. Rata-rata kurang dari seminggu. "Kalau jumlahnya banyak, misalnya pesanan group  gowes, bisa selesai dua minggu. Setiap ada perkembangan saya kabari via nomor 0812 1746 9927 yang sengaja saya onkan 23 jam setiap hari," tandasnya.

Layanan itu juga untuk mendiskusikan soal desain kaos atau tulisan pada jaket. "Karena tiap konsumen kan beda-beda. Ada yang sudah mengirim desain dalam bentuk jadi tinggal cetak. Ada yang masih konsep dan harus kita buatkan dulu desainnya yang pas. Termasuk ada yang friendly tapi ada juga yang rewel kurang ini itu," ungkapnya disusul tawa renyah.

Yang pasti, perjalanan LensaDesa kali ini memberikan inspirasi bahwa dalam bisnis jangan takut pada lokasi. Meski di desa dan tempatnya tidak strategis tapi kalau sering membangun relasi, usaha yang dibangun pasti bisa berkembang.
"Makanya saya juga senang ketika diundang teman-teman aktivis masjid, aktivis kampus atau pesantren untuk berbagi ilmu. Sepanjang masih di Lamongan  saya siap dan gratis. Itu bagian dari sedekah ilmu. Saya senang kalau banyak anak muda terjun ke dunia entrepreneur yang menantang," tandasnya.* (Among Kurnia Ebo)
LihatTutupKomentar