-->

SASA SI TUKANG PARKIR: Politik, Buku, dan Royalty


Akhirnya saya bertemu juga dengan Sasa. Tukang Parkir Soto Kartongali di Jalan Raya Jatinom Klaten. 

Dulu saya kira ini tokoh fiktif. Ternyata tidak. Sosoknya benar-benar ada. Nyata. Dan ketika diajak berbincang yang bersinggungan dengan politik spontan keluar banyak kalimat dari mulutnya.

Ya, begitulah Sasa. Tukang parkir yang melek politik dan selalu mencoba menganalisis setiap peristiwa politik dengan cara pandangnya sendiri, ala wong ndeso, ala tukang parkir.

Sebagai seorang tuang parkir, sebetulnya Sasa terlalu cerdas untuk bicara politik. Tapi itulah kenyataannya. Dia nonton teve, dia mencuridengar konsumen-konsumen Soto Kartongali saat bicara politik, dia mendengar teman-temannya menganalisis politik saat ronda kampung. Itulah yang membuat kecerdasan politiknya terasah secara alami.

Itulah sebabnya jika ada yang memancing dia untuk bicara politik, dengan spontan dan panjang lebar, akan mengurai dan menganalisisnya dengan perspektifnya. Dengan sederhana, lugu, tapi argumentatif.

Kecerdasan Sasa itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh Penulis buku Aja Dumeh: Sketsa Kearifan Wong Ndeso, Wahyudi Nasution untuk sering berdialog dan berbincang dengan Sasa. Menggali pikiran-pikirannya sebagai wong cilik yang hidupnya seperti terombang-ambing ombak politik. Hasil wawancara tanpa sengaja dengan Sasa itulah yang kemudian menjadi buku ini. Buku antropologis atau buku sosiologis, agak sulit kita menjeniskannya.



Pagi ini penulis buku Aja Dumeh mengajak saya untuk sarapan pagi di Soto Kartongali yang legendaris itu. Sekaligus ketemu Sasa. Dan benar, Sasa adalah tukang parkir yang disiplin. Datang tepat waktu, mendampingi penumpang yang sedang turun mobil, mengamankan jalan, sampai benar-benar konsumen aman di pintu masuk warung.

Setelah bertemu Sasa, penulis buku ini langsung memberikan kejutan dengan menghadiahnya buku Aja Dumeh yang di luar sana sudah menjadi perbincangan banyak orang. Dia tentu saja sangat gembira menerima buku itu. 

"Saya akan baca tuntas, Mas, pikiran-pikiran saya sendiri, yang ternyata bisa menjadi buku dan membuat nama saya terkenal. Sudah banyak konsumen yang bilang. Saya rasanya seperti artis. Selebritis," ujar Sasa saat menerima buku itu.

Sebelum berpisah, masih ada satu kejutan lagi buat Sasa. Penulis buku ini menyerahkan amplop putih ke tangannya. "Isi buku ini adalah pikiran-pikiran sampeyan yang cerdas itu, Kang. Saya cuma menuliskannya. Jadi, royalti buku ini adalah hak sampeyan. Mohon diterima," ujar Wahyudi Nasution.

Wajah Sasa setengah terkejut. Ada gerakan seperti ingin menampik. Tapi, pada akhirnya tidak bisa. Karena dia dipaksa oleh kondisi untuk menerimanya. Apalagi di warung. Sebagian orang melihatnya. Ada haru yang merona dari wajahnya. Hari yang benar-benar penuh kejutan baginya.

Sudah dua bulan Sasa memang tidak punya penghasilan akibat pandemi corona yang mengharuskan Warung Soto Kartongali  tutup. Amplop putih tadi pasti akan cukup membantu kebutuhan keluarganya.



Nah bagi yang penasaran pemikiran-pemikiran Sasa setebal 200 halaman itu bisa langsung pesan ke Penulis. Sekaligus bisa kalau diminta ada tanda tangannya. Buku ini diberi pengantar oleh Cak Nun, Emha Ainun Najib, yang juga sangat terkesan dengan cara berpikir Sasa, yang arif. Ndeso tapi Cerdas!
Membeli buku ini bukan saja membuat kita tahu bagaimana cara berpikir politik ala wong cilik, memahami logika sederhana mereka sekaligus menambah wawasan kita sebagai pembacanya.

Membeli buku ini juga berarti bersedekah untuk Sasa. Bisa menolong kehidupan si tukang parkir yang cerdas itu. Karena bagian royalty buku ini memang diberikan pada Sasa. Mumpung belum habis silakan memesannya. Langsung ke Penulisnya atau kontak  0878.3945 4741. Siap kirim ke seluruh Indonesia. (Among Kurnia Ebo)*
LihatTutupKomentar